I.PENDAHULUAN
1.1.
TEORI
Tidak
semua air yang ada dalam tubuh tanaman dimanfaatkan oleh tanaman tersebut untuk
kelangsungan hidupnya melainkan air tersebut dapat hilang dalam bentuk uap air
yang prosesnya di kenal dengan istilah evaporasi. Evaporasi merupakan adanya
respon terhadap temperatur dan ini adalah dasar yang bagi kehidupan tumbuhan
dimana molekul gas berdifusi lebih cepat pada temperatur tinggi. Kehilangan air
bagi tanaman juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tanaman itu hidup.
Tumbuhan yang ada di daerah tropika kehilangan airnya bisa mencapai 500 liter
perhari sedangkan pada tanaman padang pasir seperti kaktus, kehilangan airnya
kurang dari 25 ml perhari. Ini karena daerah padang pasir persedian airnya
sangat minim dan permukaan dari kaktus sangat kecil sehingga kaktus menekan
terjadinya penguapan dan meminimalisir dehidrasi tanaman ( Bidwell, 1979 ).
Didalam
tubuh tanaman air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat membuat lingkungan yang
sesuai untuk berlangsungnya proses fisiologis dan juga merupakan bagian
penyusun tanaman seperti sitoplasma. Jumlah air yang terkandung pada tanaman
tergantung pada jenis tanaman tersebut, misalnya tanaman herba lebih banyak mengandung
air dibandingkan tanaman perdu. Air yang terkandung pada keseluruhan tubuh
tanaman berkisar antara 80-90%, kadar air untuk tiap-tiap tanaman berbeda-beda
sesuai dengan habitat dan spesiesnya. Air mengisi hampir seluruh bagian tanaman
tersebut (Greulach, 1976 ).
Proses
fisiologis dari suatu tanaman tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya
air yang cukup. Air sangat penting dalam reaksi-reaksi metabolisme tubuh.
Dengan adanya air maka mineral-mineral yang ada di dalam tubuh dan hasil-hasil
pembentukan makanan di daun diangkut ke jaringan tertentu dalam bentuk terlarut
dalam air tersebut (Kramer, 1960).
Secara alamiah tumbuhan
mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan
ini disebut transpirasi. Sebagian
para ahli menyebutkan transpirasi adalah proses hilangnya air dalam
bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan
tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel, 80% air yang ditranspirasikan berjalan
melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari
udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air
dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari
berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,
dan bahkan dari tanah ke akar (Lakitan,
2004).
Air
diserap ke dalam akar secara osmosis
melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air
melalui xilem. Air
dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam
kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian
besar ion bergerak melalui
simplas dari epidermis akar ke xilem, dan
kemudian ke atas melalui arus transportasi (Darmawan, 1983).
Laju
transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban,
dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor
ini memengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh
perubahan tekanan turgor sel penjaga yang
berkorelasi dengan kadar ion kalium
(K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang
ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer (Campbell, 2002).
Transpirasi
pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan
akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.Sebagian
besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun
dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari
udara untuk berfotosintesis.
Lebih dari 20 % air yang
diambil oleh akar dikeluarkan
ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air
yang ditranspirasi oleh tumbuhan
tingkat tinggi berasal dari daun
selain dari batang, bunga dan buah (Kimball, 1989).
Daun mempunyai peranan penting dalam hal hilangnya molekul
air dari tumbuhan. Hal ini disebabkan permukaan daun lebih mudah bersentuhan
dengan udara dibanding dengan organ lain dari tanaman. Kegiatan transprasi
dipengaruhi oleh besar kecilnya luas permukaan daun, jumlah stomata, jumlah
bulu pada permukaan daun dan juga faktor luar seperti intensitas cahaya,
temperature, dan kelembapan (Lakitan,2004).
Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor
yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan
(jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2) Faktor luar (suhu, cahaya,
kelembaban, dan angin) (Salisbury, 1995).
Transpirasi dapat membahayakan
tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju
transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu permanent, mati,
hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi,
meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan. Sedangkan Penguapan atau evaporasi
adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya
uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya
penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika
terpapar pada gas dengan volume
signifikan (Jumin, 1992).
Rata-rata
molekul tidak memiliki energi
yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap
dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar
energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan.
Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul
mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini
terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas
dan "menguap" (Wilkins, 1984)
Ada
cairan yang kelihatannya tidak menguap pada suhu tertentu di dalam gas tertentu
(contohnya minyak makan pada suhu kamar). Cairan seperti ini memiliki
molekul-molekul yang cenderung tidak menghantar energi satu sama lain dalam
pola yang cukup buat memberi satu molekul "kecepatan lepas" - energi
panas - yang diperlukan untuk berubah menjadi uap. Namun cairan seperti ini sebenarnya
menguap, hanya saja prosesnya jauh lebih lambat dan karena itu lebih tak
terlihat. Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Energi surya menggerakkan
penguapan air dari samudera, danau,
embun dan sumber air lainnya.
Dalam hidrologi penguapan
dan transpirasi (yang
melibatkan penguapan di dalam stomata tumbuhan) secara kolektif
diistilahkan sebagai evapotranspirasi
(Suwirmen, 2011).
Perbedaan antara transpirasi dengan
evaporasi adalah : pada tranpirasi 1). proses fisiologis atau fisika yang
termodifikasi 2.) diatur bukaan stomata 3.) diatur beberapa macam tekanan 4.)
terjadi di jaringan hidup 5.) permukaan sel basah, pada evaporasi 1.) proses
fisika murni 2.) tidak diatur bukaan stomata 3.) tidak diatur oleh tekanan 4.)
tidak terbatas pada jaringan hidup 5.) permukaan yang menjalankannya menjadi
kering.Sebagian besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan. Misal: tanaman
jagung, dari 100% air yang diserap: 0,09% untuk menyusun tubuh, 0,01% untuk
pereaksi, 98,9% untuk ditranspirasikan (Fitter , 1991).
Peranan transpirasi, 1.)Pengangkutan air ke
daun dan difusi air antar sel 2.)Penyerapan dan pengangkutan air dan hara
3.)Pengangkutan asimilat 4.)Membuang kelebihan air 5.) Pengaturan bukaan
stomata 6.) Mempertahankan suhu daun. Macam-macam transpirasi: 1.)Stomater
:80-90% total transpirasi, 2.) Kutikuler: 20% total transpirasi, 3.) Lentikuler
: 0,1% total transpirasi. Transpirasi sangat berkaitan dengan stomata, stomata
pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama
sekali pada daun-daun tanaman.. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata
terdapat pada satu permukaannya saja (Lakitan, 2004).
Adaptasi
tumbuhan terhadap transpirasi, pada daun tumbuhan seperti pohon cemara, jati
dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggungurkan daunnya di musim
panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean,tumbuhan jenis ini
mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh
lagi. Contoh kaktus: Melocactus curvispinus. Tumbuhan yang hidup di
gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus,
mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun
maka daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah
menjadi duri dan sisik (Fitter , 1991).
Lapisan lilin kulit luar daunnya tebal,
mempunyai lapisan lilin yang tebal dan mempunyai sedikit stomata untuk
mengurangi penguapan. Beberapa tumbuhan di gurun pasir daunnya menutup
(mengatup) pada siang hari dan membuka pada malam hari untuk menghindari
penguapan yang berlebih. Sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki
akar yang panjang-panjang sehingga dapat menyerap air lebih banyak (Salisbury,
1995).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum mengenai Transpirasi dan Evaporasi adalah untuk
menghitung luas permukaan daun, menentukan laju evaporasi, transiprasi
dorsiventral daun, dan struktur stomata serta aktifitas membuka-menutup
stomata.
II. PELAKSANAAN PRATIKUM
2.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum hubungan air dengan
tumbuhan ini dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 30 Maret 2011 pukul 13.30 wib.
2.2.
Alat dan Bahan
Untuk percobaan pengukuran luas permukaan daun, perkiraan laju
evaporasi dan transpirasi permukaan dorsiventral daun digunakan alat-alat yaitu
timbangan analitik, kertas merang, jepitan kertas, selotip, gunting, dan
vaseline sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun tanaman Swetania macrophyla, Bougenville spectabilis.
Pada percobaan kedua yaitu struktur stomata dan aktifitas
membuka-menutup stomata digunakan alat-alat yaitu microskop, kaca objek, cover
glass, larutan sukrosa, Nacl 1M sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun
tanaman Rhoe discolor, Aloe vera.
2.3.
Cara Kerja
2.3.1.
Pengukuran Luas Permukaan Daun,
Perkiraan Laju Evaporasi dan Transpirasi Permukaan Dorsiventral Daun
a.
Menghitung luas daun
Diambil
lembaran daun dari Swetania macrophyla
dan Bougenville spectabilis lalu
ditempelkan pada selembar kertas yang telah diketahui berat dan luasnya, dibuat
jiplakan daun di atas kertas tersebut, kemudian haisl jiplakan digunting dan
ditimbang, dengan demikia luas daun dapat dihitung dengan rumus :
Luas daun : Berat
guntingan gambar daun x luas kertas
Berat
kertas
b. Perkiraan kecepatan evaporasi
daun
Diambil lembaran daun yang telah
diketahui luas permukaannya, kemudian ditimbang dan digantung di bawah cahaya
matahari dalam interval waktu 30 menit, dilakukan penimbangan dan dihitung
kecepatan evaporasi dengan rumus :
Besar penguapan : waktu
Luas
permukaan daun
c.
Perkiraan laju respirasi daun permukaan dorsiventral
Diambil
dua lembar daun ditimbang dan direndam dalam air, daun pertama diolesi dengan
vaselin pada bagian permukaan atas, dan pada daun ke dua diolesi vaselin pada
bagian bawah, ditimbang kembali, kedua daun tersebut dijemur di bawah matahari
selama 1 jam dan ditimbang kembali, dan dibandingkan hasil tranpirasi stomata
dan transpirasi kutikula.
2.3.2 Strukutur
Stomata dan Aktifitas Membuka-Menutup Stomata
Pada kaca objek ditetesi akuadest,
sayatan epidermis atas dan bawah lembaran daun Rhoe discolor dan Aloe vera
diletakkan diatas kaca objek yang telah ada akuadest, lalu ditutup secara
hati-hati dengan cover glass di amati dibawah mikroskop dengan perbesaran kecil
4x10, difokuskan pengamatan pada 1-2 stomata serta perbesaran ditingkatkan
sampai 40x10, lalu digambarkan struktur stomta yang diamati, ditetesi salah
satu bagian dengan sukrosa dan sisi lain dihisap akudestnya dengan menggunakan
tissue, catat waktu yang diperlukan untuk proses yang terjadi lalu ditetesi
kembali dengan akuadest dan sisi yang lain dihisap dengan tissue lalu amati,
catat waktu yang diperlukan, kemudian tetesi kembali dengan Nacl 1 M dan
dihisap disisi bagian lain dengan tissue, dicatat waktu yang diperlukan, lalu
ditetesi kembali dengan akuadest dan dihisap kembali, lalu ditarik kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan.
2.4 Parameter Pengamatan
Pada
pratikum transpirasi dan evaporasi yaitu
yang diamati adalah luas permukaan
daun dengan penjiplakan, penimbangan sesuai waktu interval dengan menggunakan
rumus untuk mendapatkan hasilnya, laju evaporasi, transpirasi dorsiventral
dengan mengamati perbedaan pada kecepatan transpirasi stomata dan kutikula
dengan pemberian vaselin dipermukaan atas dan bawah daun, dan struktur stomata serta aktifitas membuka
dan menutup stomata.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.1. Pengukuran Luas Permukaan Daun,
Perkiraan Laju Evaporasi dan Transpirasi Permukaan Dorsiventral Daun
a.
Menghitung luas daun
Berat
kertas = 3,6 gr
Luas
kertas = 703, 05 cm2
-
Berat dan luas daun Bougenville spectabilis
Berat
|
Luas Permukaan Daun
|
0,11 gr
|
21, 13 cm2
|
0,1 gr
|
19,2 cm2
|
0,11 gr
|
21,13 cm2
|
-
Berat dan luas daun Swetania microphyla
Berat
|
Luas Permukaan Daun
|
0,08 gr
|
15,36 cm2
|
0,09 gr
|
17,28 cm2
|
0,11 gr
|
21,13 cm2
|
Luas permukaan daun sangat berpengaruh
terhadap hilangnya molekul air dari tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro
(1985), bahwa daun mempunyai peranan yang penting dalam hilangnya molekul air
dari tumbuhan. Besar kecilnya luas permukaan daun merupakan salah satu faktor internal penting.
b.
Kecepatan evaporasi daun
-
Daun Bougenville spectabilis
Berat
|
Setelah di jemur
|
Kecepatan evaporasi
|
0,36 gr
|
0,33 gr
|
0,0000667 gr/cm2/menit
|
- Daun Swetania macrophyla
Berat
|
Setelah di jemur
|
Kecepatan evaporasi
|
0,33 gr
|
0,42 gr
|
0,00423 gr/cm2/menit
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
kecepatan evaporasi paling tinggi terdapat pada daun Swetania macrphyla yang
terkena sinar matahari dan memiliki permukaan daun lebih luas daripada daun Bougenville
spectabilis yang memiliki permukaan daun lebih sempit. Seperti yang
telah di katakan oleh Dwidjoseputro (1985), bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi laju evaporasi adalah cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat
berevaporasi bilamana lebih terbuka terhadap cahaya, dibandingkan dalam keadaan
gelap. Selain itu factor internal yang mempengaruhi hilangnya molekul air
(penguapan), yaitu besar kecilnya luas permukaan daun dan jumlah stomata.
Semakin besar luas permukaan suatu daun maka jumlah stomatanya juga semakin
banyak sehingga kecepatan evaporasinya semakin tinggi. Sebaliknya semakin kecil
luas permukaan daunnya maka jumlah stomatanya semakin sedikit sehingga
kecepatan evaporasinya semakin rendah.
c. Laju respirasi permukaan daun dorsoventral
- Daun Bougenville spectabilis
Berat Awal
|
Setelah diberi vaselin
|
Setelah dijemur
|
0,39 gr
|
Permukaan
atas 0,40 gr
|
0,33 gr
|
0,44 gr
|
Permukaan
bawah 0,43 gr
|
0,45 gr
|
- Daun Swetania macrophyla
Berat Awal
|
Setelah diberi vaselin
|
Setelah dijemur
|
0,41 gr
|
Permukaan
atas 0,39 gr
|
0,42 gr
|
0,43 gr
|
Permukaan
bawah 0,43 gr
|
0,46 gr
|
Pada permukaan atas daun biasanya dilapisi
oleh kutikula untuk mengurangi penguapan. Selain itu, penambahan vaselin juga
dapat mengurangi penguapan pada permukaan atas daun tersebut. Sedangkan pada
permukaan bawah daun terdapat stomata sehingga menyebabkan terjadinya
transpirasi yang lebih besar. Walaupun permukaan bawah daun diolesi vaselin,
vaselin tersebut berfungsi menutupi stomata, namun hal itu tidak berpengaruh
terhadap kecepatan transpirasi pada stomata di daun. Seperti yang dikatakan
oleh Devlin (1975), bahwa transpirasi melalui kutikula lebih sedikit
dibandingkan dengan transpirasi melalui stomata. Hal ini disebabkan oleh adanya
lapisan penghalang pada kutikula, seperti lapisan lilin dan wax yang dapat
menahan laju transpirasi pada kutikula.
Sebagaimana yang
dikatakan oleh Dwidjoseputro (1985), bahwa transpirasi dapat dipengaruhi oleh
factor dalam dan factor luar. Factor dalam, antara lain jumlah dan letak
stomata, tebal dan tipisnya permukaan daun, serta tebal atau tipisnya kutikula.
Sedangkan factor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah cahaya,
temperature, kelembaban udara, angin, debu, dan kandungan air tanah.
Menurut Kimbal (1989), bahwa tekstur dan struktur
daun dari suatu tanaman akan menentukan kecepatan transpirasinya, contoh : tanaman
yang mempunyai daun yang tipis dan tanpa dilapisi oleh kutikula, lilin ataupun
bulu-bulu daun akan mengalami transpirasi paling cepat dibandingkan dengan daun
yang tebal dan ditutupi lapisan kutikula, lilin dan bulu-bulu daun. Begitu juga
halnya dengan tempat tumbuh tanaman, apabila tanaman yang tumbuh di daerah
kering akan mudah mengalami transpirasi dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh
ditempat lembab.
3.1.2 Struktur stomata dan aktifitas
membuka dan menutup stomata
Perlakuan
|
Epidermis Atas Rhoe discolor
|
Epidermis Bawah Rhoe discolor
|
Epidermis Atas Aloe vera
|
Epidermis Bawah Aloe vera
|
|
Aquadest
|
Tidak ada karena epidermis atasnya ditutupi oleh
lapisan yang menyebabkan stomata tidak terlihat
|
Sel pengiring berwarna merah muda dan membuat
stomata membuka
|
Stomata menutup
|
Stomata menutup
|
|
Sukrosa
|
Terjadi perubahan selama 10 menit dengan sel
pengiring berwarna merah muda dan agak memudar dengan stomata hampir tertutup
|
Terjadi perubahan selama 65,5 detik dan stomata
membuka
|
Terjadi perubahan selama 73,5 detik dengan stomata
membuka
|
||
Aquadest
|
Terjadi perubahan selama 5 menit, dengan warna
stomata semakin memudar yang tertinggal hanya bayang-bayang sel penutup
dengan warna sel pengiring menjadi putih bening dan membuka
|
Terjadi perubahan selama 19,5 detik dan stomata
menutup
|
Terjadi perubahan selama 28,5 detik dan stomata
menutup
|
||
Nacl
|
Terjadi perubahan selama 2 menit 7 detik sel
pengiring benar-benar bening dan stomata membuka
|
Terjadi perubahan selama 12,5 detik dan stomata
membuka
|
Terjadi perubahan selama 40,5 detik dan stomata
membuka
|
||
Aquadest
|
Terjadi perubahan selama 3 menit dan stomata semakin
berwarna pucat
|
Terjadi perubahan selama 12,5 detik dan stomata
menutup
|
Terjadi perubahan selama 12,5 detik dan stomata
menutup
|
||
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata akibat tekanan Turgor. Tekanan
turgor adalah tekanan dinding sel oleh isi sel, banyak sedikitnya isi sel
berhubungan dengan besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar tekanan dinding sel. Tekanan
turgor terbesar terjadi pada pukul 04.00-08.00. Stomata akan membuka jika kedua
sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh
masuknya air kedalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel
lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke
potensi air lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan
tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka
potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor
sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan
menurun. Untuk memacu agar air masuk ke sel
penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut harus
ditingkatkan (Lakitan, 2004).
Salisbury
dan Ross (1995) menyatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yaitu :
1. Faktor eksternal : Intensitas cahaya matahari, konsentra si CO2 dan
asam absisat
(ABA). Cahaya matahari merangsang sel penutup menyerap ion K+ dan air,
sehingga stomata membuka pada pagi hari. Konsentrasi CO2 yang rendah di
dalam
daun juga menyebabkan stomata membuka.
2. Faktor internal (jam
biologis) : Jam biologis memicu serapan ion pada pagi hari
sehingga stomata membuka, sedangkan malam hari terjadi pembasan ion yang
menyebabkan stomata menutup (Haryanti, 2011).
Stomata pada tumbuhan berbeda karena perbedaan keadaan letak sel
penutup, penyebarannya, bentuk dan letak penebalan dinding
sel penutup serta arah membukanya sel penutup, jumlah dan letak sel
tetangga pada tumbuhan dikotil dan
monokotil, letak sel-sel penutup terhadap permukaan epidermis, dan antogene/asal-usulnya.
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke
dalam sel penjaga tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan
selalu dari sel yang mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air
lebih rendah. Tinggi rendahnya potensi air sel akan
tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil
yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
·
Luas daun mempengaruhi kecepatan evaporasi.
Semakin lebar daun semakin besar evaporasinya.
·
Jika bagian ventral daun ditutup, maka
transpirasi kutikuler terjadi
·
Jika bagian dorsal ditutup, maka transpirasi
stomata terjadi
·
Transpirasi stomata lebih besar dibandingkan
transpirasi kutikuler
·
Faktor mempercepat transpirasi ada 2 yaitu,
faktor luar ( lingkungan ) dan faktor dalam ( tanaman )
·
Faktor luar meliputi ; kelembaban udara, suhu,
kecepatan angin, cahaya, tekanan udara, debu, ketersediaan air.
·
Faktor dalam meliputi ; Keadaan stomata ( letak,
jumlah, dan bukaannya ) dan keadaan daun ( tebal atau tipis, banyak atau
sedikit trikom, dan tebal atau tipis kutikula ).
4.2. Saran
Diharapkan
kepada praktikan untuk lebih serius dalam menjalani praktikum agar tujuan dari
praktikum ini dapat terlaksana dengan baik dan praktikan dapat mengetahui dan
memahami prosedur kerja.
Lampiran :
1. Mengukur Luas
Permukaan Daun
Pada percobaan
mengukur luas permukaan daun, didapatkan hasil sebagai berikut:
Berat kertas = 3,66 gram
Luas Kertas = 703,05 cm2
Berat kertas
guntingan jiplakan daun Bougenville spectabilis a =
0,11 gram
b
= 0,1 gram
c = 0,11 gram
Maka Luas daun Bougenville spectabilias a = Berat guntingan
x Luas Kertas
Berat
Kertas
=
0,11 gram x 703,05 cm2
3,66
gram
=
21,13 cm2
Maka Luas daun Bougenville spectabilias b = Berat guntingan
x Luas Kertas
Berat
Kertas
=
0,1 gram x 703,05 cm2
3,66
gram
=
19,2 cm2
Maka Luas daun Bougenville spectabilias c = Berat guntingan
x Luas Kertas
Berat
Kertas
=
0,11 gram x 703,05 cm2
3,66
gram
=
21,13 cm2
Berat
kertas guntingan jiplakan daun Swetania macrophyla a = 0,08 gram
b
= 0,09 gram
c = 0,11 gram
Maka Luas daun Swetania macrophyla a =
Berat guntingan x Luas Kertas
Berat
Kertas
=
0,08 gram x 703,05 cm2
3,66
gram
=
15,36 cm2
Maka Luas daun Swetania macrophyla b =
Berat guntingan x Luas Kertas
Berat
Kertas
=
0,09 gram x 703,05 cm2
3,66
gram
=
17,28 cm2
Maka Luas daun Swetania macrophyla b =
Berat guntingan x Luas Kertas
Berat
Kertas
=
0,11 gram x 703,05 cm2
3,66
gram
=
21,13 cm2
2. Kecepatan evaporasi daun
Pada percobaan
menghitung kecepatan Evaporasi didapatkan hasil sebagai berikut :
Berat daun Bougenville
spectabilis sebelum dijemur = 0,36 gram
Setelah dijemur = 0,35 + 0,32 + 0,32
3
=
0,33 gram
Kecepatan
evaporasi daun Bougenville spectabilis = Besar Penguapan : waktu
Luas daun
= 0,33 gram : 30 menit
21,13 cm2
=
0,0000667 gr/cm2/menit
Berat daun Swetania macrophyla sebelum dijemur = 0,33 gram
Setelah dijemur = 0,42 + 0,42 + 0,43
3
=
0,42 gram
Kecepatan
evaporasi daun Swetania macrophyla =
Besar Penguapan : waktu
Luas daun
= 0,42 gram : 30 menit
0,33
cm2
=
0,00423 gr/cm2/menit
3. Laju respirasi permukaan daun dorsoventral
Berat awal Bougenville
spectabilis a = 0,39 gram
b
= 0,44 gram
Transpirasi Stomata Bougenville spectabilis (diolesi bagian atas)
Kehilangan
uap air
Berat
Awal - Berat Akhir
0,39 – 0,40 = -0,01 gram
Transpirasi Kutikula
Bougenville spectabilis (diolesi bagian bawah)
Kehilangan
uap air
Berat
Awal – Berat Akhir
0,44 – 0,43 = 0,01 gram
Berat awal Swetania
macrophyla a = 0,41 gram
b
= 0,43 gram
Transpirasi Stomata Swetania macrophyla (diolesi bagian atas)
Kehilangan
uap air
Berat
Awal - Berat Akhir
0,41 – 0,42 = -0,01 gram
Transpirasi Kutikula Swetania macrophyla (diolesi
bagian bawah)
Kehilangan
uap air
Berat
Awal – Berat Akhir
0,43 – 0,46 = -0,03 gram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar