BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pepper
pratikum Perkembangan Hewan II ini merupakan pegangan dan petunjuk bagi kami
(mahasiswa) untuk dapat melaksanakan pratikum. Karena pepper ini berisi
materi-materi yang akan di pratikumkan dengan syarat setiap mahasiswa wajib
membuat pepper. Dengan adanya pepper ini membantu kami (para mahasiswa) untuk
belajar sebelum pratikum.
Materi
yang akan dipelajari pada pratikum ini adalah “TES KEHAMILAN” pada hewan
Vertebrata. Pada pratikum ini kami mesti dapat mengamati variasi kehamilan
setiap kehamilan dari hewan vertebrata.
1.2
Tujuan
-
Untuk
mengetahui macam-macam kehsmilan hewan vertebrata.
1.3 Tinjaun
Pustaka
Tanda awal terjadinya kehamilan adalah tidak adanya periode
menstruasi. Ini tentunya dapat juga terjadi oleh sebab lain. Uji yang lebih
pasti didasarkan pada hormon gonadotropin yang diproduksi dalam jumlah besar
oleh plasenta dan diekskresi melalui urin. Sekarang ada metode penentuan
langsung yang memungkinkan deteksi gonadtropin dari plasenta dalam waktu 2
minggu setelah fertilisasi. (Soegiarso, 1990)
Cara lain yang dapat digunakan untuk menetukan kehamilan
adalah dengan memberi urin wanita hamil pada hewan betina. Jika ovarium hewan
mengalami pematangan maka wanita tersebut hamil dan jika terdapat korpus luteum
dan sedikit titik yang berdarah maka wanita tersebut tidak hamil. (Yatim, 1994)
Telur yang sudah dibuahi tertanam dalam endometrium, sel-sel
trofoblas dalam plasenta yang sedang berkembang mensekresi gonadotropin korion.
Aktivitas lutein dan lutotrofiknya yang kuat mempertahankan korpus luteum dan
merangsang sekresi progesteron selanjutnya. Salah satu gejala pertama kehamilan
adalah adanya gonadtropin korion dalam darah dan urine. Puncak produksi horon
tersebut dicapai dalam bulan kehamilan kedua. Setelah itu kadarnya dalam darah
dan urine menurun. Beberapa uji kehamilan menyangkut usaha menemukan hormon ini
dalam contoh urine wanita yang
diperkirakan hamil. Suatu uji radioimunosasi yang peka untuk hormon
gonadotropin korion dapat menentukan kehamilan hanya beberapa hari setelah
tertanamnya embrio. Pada manusia, kira-kira minggu ke-16 kehamilan, plasenta
dengan sendirinya menghasilkan cukup progesteron sehingga korpus luteum tidak
lagi diperlukan dan menalami involusi. Plasenta juga menghasilkan estrogen.
Plasenta manusia, dan mungkin plasenta mamalia lain, memproduksi hormon protein
lain, yaitu laktogen plasenta dengan sifat yang agak mirip dengan hormon
pertumbuhan pituitari dan prolaktin. (Claude, 1984)
Perkembangan embrio
dimulai pada saat telur yang telah dibuahi masih ada di dalam tuba fallopi.
Embrio yang sedang berkembang meneruskan perjalannya ke bawah saluran, dan mendapai
uterus dalam dua atau tiga hari. Sebagai hasil pembelahan mitosis yang
berulang-ulang mulai terbentuklah sebuah bola sel yang berongga disebut
blastosis. Kira-kira setelah satu minggu fertilisasi, blastosis tertanam dalam
dinding uterus yang menebal, suatu proses yang disebut implantasi. Dengan
implantasi yang berhasil, terjadilah kehamilan. (Kimbal, 1996)
Perkembangan blastosis berlanjut dengan pembelahan sel yang
cepat dan beberapa migrasi sel dari satu tempat ke tempat lain di dalam embrio
yang sedanf berkembang. Maka terbentuklah dua bagian utama sel dan jaringan,
yaitu :
1.
Embrio yang sebenarnya,
yang akhirnya akan menjadi bayi
2.
Membran ekstra embrio,
yang akan memainkan sejumlah peranan vital dalam proses tersebut, tetapi akan
dibuang pada waktu kelahiran.
Membran ekstra embrio
(extraembryonic membranes) membentuk amnion, plasenta dan tali pusar. Amnion
adalah suatu kantung yang mengelilingi embrio dan berisi cairan amnion.
Plasenta tumbuh berhubungan dengan dinding uterus. Pembuluh-pembuluhnya, untuk
aliran darah bayi yang sedang tumbuh, benar-benar kaya akan darah. Meskipun
secara normal tak ada campuran darah ibu dan bayi, plasenta memudahkan
perpindahan aneka ragam bahan antara bayi dan ibu. Dengan pengertian, plasenta
bekerja sebagai usus bayi (menerima makanan), paru-paru (menerima oksigen dan
membuang karbon dioksida), dan ginjal (membuang urea). Bahkan beberapa protein,
seperti antibodi ibu dapat pindah ke plasenta. Tali pusar menghubungkan bayi
dengan plasenta. ( Machmudin, 2008)
Selama dua bulan pertama dalam
kandungan, struktur dasar bayi sedang dibentuk. Ini meliputi pembelahan sel,
migrasi sel, dan perkembangan sel-sel menjadi tipe-tipe yang terdapat pada
organisme dewasa. Selama periode ini organisme yang sedang berkembang itu,
disebut embrio, sangat peka terhadap apa saja yang mengganggu tahapan-tahapan
dalam perkembangannya. Infeksi virus ibu, misalnya oleh virus rubela atau
pencemaran bahan kimia tertentu dapat menyebabkan cacat yang berat pada embrio
yang sedang berkembang. Zat demikian disebut teratogen. Antara tahun 1954 dan
1962, obat penenang talidomid telah diminum oleh banyak wanita eropa, berubah
teratogen dan mengakibatkan kelahiran beberapa ribu anak cacat. (Kimbal, 1996)
Setelah kurang lebih dua bulan,
semua sistem dalam bayi telah terbentuk dalam keadaan rudimenter kemudian
berkembang dari fetus, adalah pertama-tama pertumbuhan dan sedikit modifikasi
struktur. Fetus jauh kurang rentan terhadap aksi zat tetratogen dari pada
embrio. ( Yatim, 1994)
BAB
II
PELAKSANAAN
PRATIKUM
2.1 Waktu &
Tempat
Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di
labor Perkembangan Hewan pada jam 14:00 siang pada tanggal 28 Oktober
2010.
2.2 Alat &
Bahan
Perangkat bedah, gunting bedah, pinset
bedah, tissue gulung, jarum suntik, petridis, sarung tangan, katak jantan,
jarum bedah, jarum pencacah.
2.3
Cara Kerja
1. Katak jantan dewasa
2. Induksi mengeluarkan urine dengan memijat abdomen lateral (5menit)
3. Hasil katak tidak mengeluarkan sperma dalam urinenya
4. Injeksi secara intraperitonial dengan 2,5 ml urine wanita yang diduga hamil
5. Letakkan ditempat lembab atau basah selama 1,5 - 2 jam
6. Induksi pengeluaran urine + sperma dengan pemijatan
7. Cek keberadaan sperma di urine dengan mikroskop
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Katak yang telah diinjeksi tidak
mengalami kehamilan.
3.2
Pembahasan
Pada pratikum
hari ini yang kami amati yaitu tentang tes kehamilan. Hasil yang kami dapat
yaitu katak yang telah diinjeksi tidak mengalami tes kehamilan. Hal ini terjadi mungkin urine wanita tersebut
memang tidak mengalami kehamilan atau karena kesalahan dalam percobaan.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
-
Tes kehamilan bisa dilihat dengan injeksi ke katak jantan
- Hormon yang berperan yaitu
gonadotropin
- Perkembangan dimulai dari saat telur
dibuahi
4.2
Saran
Laporan pratikum ini
saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini untuk itu saya
minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan saran
dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan ini
sarat dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Claude Ville. 1984.
Zoologi Umum edisi ke-6. Jakarta : Erlangga
Kimbal. 1996. Zoologi.
Florida
Machmudin, Dadang dan
tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung
: Biologi FMIPA UPI
Soegiarso,
nelly C. 1990. Fisiologi Manusia. Bandung : ITB
Yatim,
Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito :
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar