Minggu, 12 Mei 2013

TES KEHAMILAN



BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang
Pepper pratikum Perkembangan Hewan II ini merupakan pegangan dan petunjuk bagi kami (mahasiswa) untuk dapat melaksanakan pratikum. Karena pepper ini berisi materi-materi yang akan di pratikumkan dengan syarat setiap mahasiswa wajib membuat pepper. Dengan adanya pepper ini membantu kami (para mahasiswa) untuk belajar sebelum pratikum.

Materi yang akan dipelajari pada pratikum ini adalah “TES KEHAMILAN” pada hewan Vertebrata. Pada pratikum ini kami mesti dapat mengamati variasi kehamilan setiap kehamilan dari hewan vertebrata.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui macam-macam kehsmilan hewan vertebrata.

1.3 Tinjaun Pustaka
       Tanda awal terjadinya kehamilan adalah tidak adanya periode menstruasi. Ini tentunya dapat juga terjadi oleh sebab lain. Uji yang lebih pasti didasarkan pada hormon gonadotropin yang diproduksi dalam jumlah besar oleh plasenta dan diekskresi melalui urin. Sekarang ada metode penentuan langsung yang memungkinkan deteksi gonadtropin dari plasenta dalam waktu 2 minggu setelah fertilisasi. (Soegiarso, 1990)
       Cara lain yang dapat digunakan untuk menetukan kehamilan adalah dengan memberi urin wanita hamil pada hewan betina. Jika ovarium hewan mengalami pematangan maka wanita tersebut hamil dan jika terdapat korpus luteum dan sedikit titik yang berdarah maka wanita tersebut tidak hamil. (Yatim, 1994)
       Telur yang sudah dibuahi tertanam dalam endometrium, sel-sel trofoblas dalam plasenta yang sedang berkembang mensekresi gonadotropin korion. Aktivitas lutein dan lutotrofiknya yang kuat mempertahankan korpus luteum dan merangsang sekresi progesteron selanjutnya. Salah satu gejala pertama kehamilan adalah adanya gonadtropin korion dalam darah dan urine. Puncak produksi horon tersebut dicapai dalam bulan kehamilan kedua. Setelah itu kadarnya dalam darah dan urine menurun. Beberapa uji kehamilan menyangkut usaha menemukan hormon ini dalam contoh urine  wanita yang diperkirakan hamil. Suatu uji radioimunosasi yang peka untuk hormon gonadotropin korion dapat menentukan kehamilan hanya beberapa hari setelah tertanamnya embrio. Pada manusia, kira-kira minggu ke-16 kehamilan, plasenta dengan sendirinya menghasilkan cukup progesteron sehingga korpus luteum tidak lagi diperlukan dan menalami involusi. Plasenta juga menghasilkan estrogen. Plasenta manusia, dan mungkin plasenta mamalia lain, memproduksi hormon protein lain, yaitu laktogen plasenta dengan sifat yang agak mirip dengan hormon pertumbuhan pituitari dan prolaktin. (Claude, 1984)
        Perkembangan embrio dimulai pada saat telur yang telah dibuahi masih ada di dalam tuba fallopi. Embrio yang sedang berkembang meneruskan perjalannya ke bawah saluran, dan mendapai uterus dalam dua atau tiga hari. Sebagai hasil pembelahan mitosis yang berulang-ulang mulai terbentuklah sebuah bola sel yang berongga disebut blastosis. Kira-kira setelah satu minggu fertilisasi, blastosis tertanam dalam dinding uterus yang menebal, suatu proses yang disebut implantasi. Dengan implantasi yang berhasil, terjadilah kehamilan. (Kimbal, 1996)
       Perkembangan blastosis berlanjut dengan pembelahan sel yang cepat dan beberapa migrasi sel dari satu tempat ke tempat lain di dalam embrio yang sedanf berkembang. Maka terbentuklah dua bagian utama sel dan jaringan, yaitu :
1.      Embrio yang sebenarnya, yang akhirnya akan menjadi bayi
2.      Membran ekstra embrio, yang akan memainkan sejumlah peranan vital dalam proses tersebut, tetapi akan dibuang pada waktu kelahiran.
Membran ekstra embrio (extraembryonic membranes) membentuk amnion, plasenta dan tali pusar. Amnion adalah suatu kantung yang mengelilingi embrio dan berisi cairan amnion. Plasenta tumbuh berhubungan dengan dinding uterus. Pembuluh-pembuluhnya, untuk aliran darah bayi yang sedang tumbuh, benar-benar kaya akan darah. Meskipun secara normal tak ada campuran darah ibu dan bayi, plasenta memudahkan perpindahan aneka ragam bahan antara bayi dan ibu. Dengan pengertian, plasenta bekerja sebagai usus bayi (menerima makanan), paru-paru (menerima oksigen dan membuang karbon dioksida), dan ginjal (membuang urea). Bahkan beberapa protein, seperti antibodi ibu dapat pindah ke plasenta. Tali pusar menghubungkan bayi dengan plasenta. ( Machmudin, 2008)
Selama dua bulan pertama dalam kandungan, struktur dasar bayi sedang dibentuk. Ini meliputi pembelahan sel, migrasi sel, dan perkembangan sel-sel menjadi tipe-tipe yang terdapat pada organisme dewasa. Selama periode ini organisme yang sedang berkembang itu, disebut embrio, sangat peka terhadap apa saja yang mengganggu tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Infeksi virus ibu, misalnya oleh virus rubela atau pencemaran bahan kimia tertentu dapat menyebabkan cacat yang berat pada embrio yang sedang berkembang. Zat demikian disebut teratogen. Antara tahun 1954 dan 1962, obat penenang talidomid telah diminum oleh banyak wanita eropa, berubah teratogen dan mengakibatkan kelahiran beberapa ribu anak cacat. (Kimbal, 1996)
Setelah kurang lebih dua bulan, semua sistem dalam bayi telah terbentuk dalam keadaan rudimenter kemudian berkembang dari fetus, adalah pertama-tama pertumbuhan dan sedikit modifikasi struktur. Fetus jauh kurang rentan terhadap aksi zat tetratogen dari pada embrio. ( Yatim, 1994)

BAB II
PELAKSANAAN PRATIKUM

2.1 Waktu & Tempat
Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di labor Perkembangan Hewan  pada jam 14:00 siang pada tanggal 28 Oktober 2010.
2.2 Alat & Bahan
Perangkat bedah, gunting bedah, pinset bedah, tissue gulung, jarum suntik, petridis, sarung tangan, katak jantan, jarum bedah, jarum pencacah.
2.3 Cara Kerja
1. Katak jantan dewasa
2. Induksi mengeluarkan urine dengan memijat abdomen lateral (5menit)
3. Hasil katak tidak mengeluarkan sperma dalam urinenya
4. Injeksi secara intraperitonial dengan 2,5 ml urine wanita yang diduga hamil
5. Letakkan ditempat lembab atau basah selama 1,5 - 2 jam
6. Induksi pengeluaran urine + sperma dengan pemijatan
7. Cek keberadaan sperma di urine dengan mikroskop


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
       Katak yang telah diinjeksi tidak mengalami kehamilan.
3.2 Pembahasan
Pada pratikum hari ini yang kami amati yaitu tentang tes kehamilan. Hasil yang kami dapat yaitu katak yang telah diinjeksi tidak mengalami tes kehamilan.  Hal ini terjadi mungkin urine wanita tersebut memang tidak mengalami kehamilan atau karena kesalahan dalam percobaan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
- Tes kehamilan bisa dilihat dengan injeksi ke katak jantan
- Hormon yang berperan yaitu gonadotropin
- Perkembangan dimulai dari saat telur dibuahi
4.2 Saran
Laporan pratikum ini saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini untuk itu saya minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan saran dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan ini sarat dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Claude Ville. 1984. Zoologi Umum edisi ke-6. Jakarta : Erlangga
Kimbal. 1996. Zoologi. Florida
Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FMIPA UPI
Soegiarso, nelly C. 1990. Fisiologi Manusia. Bandung : ITB
Yatim, Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito : Bandung




Tidak ada komentar:

Posting Komentar