DASAR TEORI
Indonesia
merupakan negara maritim yaitu sebagaian besar wilayahnya adalah perairan.
Dalam suatu perairan pasti ada suatu organisme yang hidup di dalamnya, yaitu
salah satunya adalah ikan. Ikan atau bahasa
ilmiahnya adalah picses secara umum adalah termasuk hewan bertulang belakang
(vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis). Suhu tubuhnya
selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik
bersama-sama dengan turun naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan
cara bertelur. Ikan betina mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula
ikan jantan mengeluarkan spermanya ke dalam air, sehingga pembuahan terjadi di
luar tubuh induknya (Djarubito, 1990).
Pembuahan
yang terjadi di luar tubuh induknya
disebut pembuahan eksternal.
Ditubuh ikan terdapat gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di sekelilingnya. Ikan menggunakan insang yang terletak di kepalanya untuk bernafas. Cara ikan bernafas adalah sebagai berikut, air masuk melalui rongga mulut kemudian masuk dalam insang, saat air ada di dalam insang, oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdapat pada insang dan karbondioksida dalam darah dikeluarkan ke air. Air kelur dari rongga insang ketika tutup insang membuka dan begitu terus-menerus. Ikan juga mempunyai gelembung renang yang terletak diantara tulang belakang dan perut, berhubungan dengan kerongkongan. Darah pada dinding gelembung dapat memasukkan udara kedalam gelembung dan mengeluarkan udara dari gelembung itu sehingga berat ikan dapat berkurang atau bertambah sehingga ikan dapat naik dan turun di dalam air (Frandson, 1992).
Ditubuh ikan terdapat gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di sekelilingnya. Ikan menggunakan insang yang terletak di kepalanya untuk bernafas. Cara ikan bernafas adalah sebagai berikut, air masuk melalui rongga mulut kemudian masuk dalam insang, saat air ada di dalam insang, oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdapat pada insang dan karbondioksida dalam darah dikeluarkan ke air. Air kelur dari rongga insang ketika tutup insang membuka dan begitu terus-menerus. Ikan juga mempunyai gelembung renang yang terletak diantara tulang belakang dan perut, berhubungan dengan kerongkongan. Darah pada dinding gelembung dapat memasukkan udara kedalam gelembung dan mengeluarkan udara dari gelembung itu sehingga berat ikan dapat berkurang atau bertambah sehingga ikan dapat naik dan turun di dalam air (Frandson, 1992).
Ikan lele adalah sejenis ikan air
tawar yang memiliki kemampuan hidup lebih kuat di bandingkan ikan air tawar
lainnya. Ikan ini mampu bertahan hidup dalam kondisi kurang air atau tidak ada
air. Menurut Brotowidjoyo (1989), menyatakan ciri-ciri yang membedakan
ikan lele dengan ikan ikan lainnya, yaitu bentuk badan yang membulat panjang,
bagian badan tinggi dan memanjang, memipih kearah ekor, tidak bersisik, serta
licin karena mengeluarkan lender. Warna tubuh seperti lumpur, punggung berwarna
kehitaman dan bagian perut berwarna lebih muda.
Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur
kualitas suatu perairan adalah jumlah oksigen terlarut (DO), yaitu menempati
urutan kedua setelah Nitrogen (Sheare, 2008). Namun dilihat dari segi kepentingan untuk
budi daya ikan, oksigen menempati urutan teratas, karena dibutuhkan untuk
pernapasan. Oksigen yang diperlukan untuk pernapasan ikan harus terlarut dalam air.
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu, bahkan akan mengalami kematian.
Menurut Siswanto (2008), kebutuhan
Oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu
dan kebutuan konsumtif yang bergantung pada keadaan metabolisme ikan. Ikan
membutuhkan oksigen guna pembakaran untuk menghasilkan aktivitas, pertumbuhan, dan
reproduksi. Oleh karena itu oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas
ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen
dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum.
Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup persatuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi
dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Pratiwi,
2002).
TUJUAN
Menghitung konsumsi oksigen
ikan lele, jenis ikan yang punya alat bantu pernafasan
ALAT
DAN BAHAN
·
Wadah plastik,
untuk tempat percobaan
·
DO meter atau
seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler
·
Jam tangan,
untuk penunjuk waktu
·
Timbangan, untuk
mengukur bobot ikan
·
Cling wrap,
bahan pelapis/penutup terbuat dari plastik
·
Ikan Lele
Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler
CARA KERJA
Disiapkan wadah plastik yang
telah diisi air penuh dan diukur oksigen terlarutnya dengan ,enggunakan DO
meter atau titrasi metode Winkler, dicatat hasilny.
Ikan ditimbang, lalu dicatat bobotnya.
Ikan dimasukkan dengan
hati-hati tanpa ada air yang memercik, ditutup wadah percobaan dengan cling
wrap, agar tidak ada kontak dengan udara luar.
Wadah percobaan dibiarkan
selama 30 menit.
Setelah selesai, penutup
plastic dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati jangan sampai terjadi
percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media air wadah percobaan
tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode Winkler dan dicatat
hasilnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN\
1. HASIL
Tabel 1. Pengamatan I
konsumsi oksigen ikan lele
No.
|
Bobot ikan (gr)
|
DO awal (mg/i)
|
DO akhir (mg/i)
|
Konsumsi O2 (mg/i)
|
1.
|
180,2 gr
|
1,60
|
1,47
|
0,13
|
2.
|
93,3 gr
|
1,60
|
1,53
|
0,7
|
3.
|
121 gr
|
1,53
|
1,48
|
0,05
|
4.
|
72,1 gr
|
1,56
|
1,45
|
0,11
|
5.
|
121 gr
|
1,55
|
1,41
|
0,14
|
6.
|
116,5 gr
|
1,52
|
1,50
|
0,2
|
Tabel 2. Pengamatan II
konsumsi oksigen pada ikan lele
No.
|
Bobot ikan (gr)
|
DO awal (mg/i)
|
DO akhir (mg/i)
|
Konsumsi O2 (mg/i)
|
1.
|
180,2 gr
|
1,51
|
1,43
|
0,08
|
2.
|
93,3 gr
|
1,53
|
1,36
|
0,17
|
3.
|
121 gr
|
1,52
|
1,44
|
0,08
|
4.
|
72,1 gr
|
1,54
|
1,46
|
0,08
|
5.
|
121 gr
|
1,54
|
1,42
|
0,12
|
6.
|
116,5 gr
|
1,53
|
1,48
|
0,05
|
2. PEMBAHASAN
Kelangsungan
hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya
memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut
dalam perairan, tentu saja akan
mempengaruhi
fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang
sesuai dapat bertahan hidup (Siswanto,
2008). Menurut Tobin
(1994), konsumsi oksigen
digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi
berasal dari metabolisme aerobik. Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan
oleh sel untuk berbagai metabolisme.
Oksigen
yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan
darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Tobin, 1994). Ikan dapat
hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang.
Insang memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut
di dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah
dalam dari badan (Wulangi, 1993).
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan konsumsi
oksigen ikan lele dengan bobot badan 121 gr adalah sebesar 0,14 mg/i ini merupakan
bobot ikan yang standar dari semua ikan yang di praktekkan. Pada perlakuan yang
kedua ikan didiamkan lagi selama 30 menit maka konsumsi oksigen paling besar
pada ikan dengan bobot 93,3 gr adalah sebesar 0,17 mg/i. Hal ini dapat
dipastikan pada bobot ikan yang lebih ringan pada perlakuan kedua memiliki
jumlah konsumsi oksigen yang paling besar dikarenakan ikan lele memiliki alat
pernafasan tambahan yaiu berupa arborescen. Berat ikan dan volume ikan dapat
berpengaruh terhadap konsumsi oksigen. Hewan akuatik konsentrasi oksigennya
tidak lebih dari 1ml/100 ml air, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen, hewan
akuatik harus menyentuhkan insangnya pada aliran air lebih banyak (Wulangi,
1993).
Sheare
(2008) menyatakan bahwa konsumsi oksigen sebanding dengan produksi panas tubuh
(kkal/hari). Konsumsi oksigen berbanding lurus dengan berat dan bila dituliskan
dalam rumus maka T= α.Wy dimana α dapat berbeda-beda tergantung kondisi air
(dingin, sejuk, panas) dan y = 0,8. Menurut Pratiwi (2002) berat tubuh ikan
berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, semakin ringan berat ikan maka nilai KO2nya
semakin besar.
Siswanto
(2008) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan berbanding terbalik dengan
berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Djarubito (1990), yang menemukan
bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan berat tubuh. Menurut Frandson,
(1992), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan poikiloterm dari ikan air
tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15OC. Kecepatan konsumsi
oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar
10OC.\
Kebutuhan
konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan
keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan
bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural
molekul darah yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam
air dan derajat kejenuhan dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan
menentukan aktifitas ikan (Sheare,
2008).
Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan
menurut Frandson
(1992), antara lain:
1. Aktifitas , ikan dengan aktifitas tinggi misalnya
ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi
oksigen
jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif.
2. Ukuran, Ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan
metabolismenya lebih tinggi daripada ikan
yang
berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak.
3. Umur, ikanyang berumur masih muda akan
mengkonsumsi oksigen lebih banyak dari pada
ikan
yang lebih tua.
4. Temperatur, ikan yang berada pada
temperatur tinggi laju metabolismenya juga tinggi
sehingga
konsumsi oksigen lebih banyak.
Menurut
Pratiwi
(2002), jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5 mg/L maka kadar
oksigennya berkurang. Konsumsi oksigen pada juvenil ikan bandengan dipengaruhi
oleh jumlah kadar Zn pada air. Juvenil ikan bandeng yang terkontaminasi logam
Zn sebanyak 0.01 ppm mengkonsumsi oksigen lebih tinggi dari pada ikan yang
tidak terkontaminasi. Menurut Oksigen terlarut apabila dalam jumlah banyak
ikan-ikan memang jarang sekali mati tetapi pada keadaan tertentu hal yang
demikian dapat mengakibatkan ikan mati juga, sebab dalam pembuluh darah terjadi
emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambut dalam
daun-daun insang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas dapat disimpulakan bahwa :
1. Bobot
Ikan mas yang digunakan pada
percobaan bervariasi, pada perlakuan 30
menit pertama
pada ikan bobot paling berat yaitu121 gr konsumsi
oksigennya adalah 0,14
mg/i sedangkan
pada 30 menit kedua pada ikan kedua dengan
bobot 93,3 gr konsumsi oksigennya adalah
0,17 mg/i.
2. Faktor yang mempengaruhi konsumsi
oksigen pada ikan adalah aktifitas, ukuran, umur dan
temperatur.
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjoyo,
D. M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.
Djarubito,
Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar.
Erlangga LP4. Jakarta.
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan
Fisiologi. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Pratiwi, A. 2002. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.
Sheare, J.K. 2008. Anatomi dan Psikologi Reproduksi. Florida : Universitas Florida
Siswanto. 2008. Bahan Ajar Fisiologi.
Laboratorium Fisiologi Universitas Udayana. Denpasar.
Tobin,
Muhammad. 1994. Fisiologi Hewan Mekanisme
Fungsi Tubuh. Angkasa. Yogyakarta.
Wulangi
S. Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip
fisiologi hewan. Jurusan biologi ITB. Bandung
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar