Sabtu, 11 Mei 2013

KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN LELE (Clarias bathracus)



DASAR TEORI
          Indonesia merupakan negara maritim yaitu sebagaian besar wilayahnya adalah perairan. Dalam suatu perairan pasti ada suatu organisme yang hidup di dalamnya, yaitu salah satunya adalah ikan. Ikan atau bahasa ilmiahnya adalah picses secara umum adalah termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis). Suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama dengan turun naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan cara bertelur. Ikan betina mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan mengeluarkan spermanya ke dalam air, sehingga pembuahan terjadi di luar tubuh induknya (Djarubito, 1990).
          Pembuahan yang terjadi di luar tubuh induknya disebut pembuahan eksternal.
Ditubuh ikan terdapat gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di sekelilingnya. Ikan menggunakan insang yang terletak di kepalanya untuk bernafas. Cara ikan bernafas adalah sebagai berikut, air masuk melalui rongga mulut kemudian masuk dalam insang, saat air ada di dalam insang, oksigen yang terlarut dalam air diserap oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdapat pada insang dan karbondioksida dalam darah dikeluarkan ke air. Air kelur dari rongga insang ketika tutup insang membuka dan begitu terus-menerus. Ikan juga mempunyai gelembung renang yang terletak diantara tulang belakang dan perut, berhubungan dengan kerongkongan. Darah pada dinding gelembung dapat memasukkan udara kedalam gelembung dan mengeluarkan udara dari gelembung itu sehingga berat ikan dapat berkurang atau bertambah sehingga ikan dapat naik dan turun di dalam air
(Frandson, 1992).
          Ikan lele adalah sejenis ikan air tawar yang memiliki kemampuan hidup lebih kuat di bandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan ini mampu bertahan hidup dalam kondisi kurang air atau tidak ada air. Menurut Brotowidjoyo (1989), menyatakan ciri-ciri yang membedakan ikan lele dengan ikan ikan lainnya, yaitu bentuk badan yang membulat panjang, bagian badan tinggi dan memanjang, memipih kearah ekor, tidak bersisik, serta licin karena mengeluarkan lender. Warna tubuh seperti lumpur, punggung berwarna kehitaman dan bagian perut berwarna lebih muda.
            Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu perairan adalah jumlah oksigen terlarut (DO), yaitu menempati urutan kedua setelah Nitrogen (Sheare, 2008). Namun dilihat dari segi kepentingan untuk budi daya ikan, oksigen menempati urutan teratas, karena dibutuhkan untuk pernapasan. Oksigen yang diperlukan untuk pernapasan ikan harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu, bahkan akan mengalami kematian.

          Menurut Siswanto (2008), kebutuhan Oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuan konsumtif yang bergantung pada keadaan metabolisme ikan. Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran untuk menghasilkan aktivitas, pertumbuhan, dan reproduksi. Oleh karena itu oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum.
          Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup persatuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Pratiwi, 2002).

TUJUAN
Menghitung konsumsi oksigen ikan lele, jenis ikan yang punya alat bantu pernafasan


ALAT DAN BAHAN
·         Wadah plastik, untuk tempat percobaan
·         DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler
·         Jam tangan, untuk penunjuk waktu
·         Timbangan, untuk mengukur bobot ikan
·         Cling wrap, bahan pelapis/penutup terbuat dari plastik
·         Ikan Lele
Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler

CARA KERJA
Disiapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh dan diukur oksigen terlarutnya dengan ,enggunakan DO meter atau titrasi metode Winkler, dicatat hasilny.

Ikan ditimbang, lalu dicatat bobotnya.

Ikan dimasukkan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik, ditutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dengan udara luar.

Wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit.

Setelah selesai, penutup plastic dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media air wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode Winkler dan dicatat hasilnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN\
1. HASIL

Tabel 1. Pengamatan I konsumsi oksigen ikan lele

No.
Bobot ikan (gr)
DO awal (mg/i)
DO akhir (mg/i)
Konsumsi O2 (mg/i)
1.
180,2 gr
1,60
1,47
0,13
2.
93,3 gr
1,60
1,53
0,7
3.
121 gr
1,53
1,48
0,05
4.
72,1 gr
1,56
1,45
0,11
5.
121 gr
1,55
1,41
0,14
6.
116,5 gr
1,52
1,50
0,2


Tabel 2. Pengamatan II konsumsi oksigen pada ikan lele

No.
Bobot ikan (gr)
DO awal (mg/i)
DO akhir (mg/i)
Konsumsi O2 (mg/i)
1.
180,2 gr
1,51
1,43
0,08
2.
93,3 gr
1,53
1,36
0,17
3.
121 gr
1,52
1,44
0,08
4.
72,1 gr
1,54
1,46
0,08
5.
121 gr
1,54
1,42
0,12
6.
116,5 gr
1,53
1,48
0,05
  
2. PEMBAHASAN
Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Siswanto, 2008). Menurut Tobin (1994), konsumsi oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari metabolisme aerobik. Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai metabolisme.


Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Tobin, 1994). Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan (Wulangi, 1993).


Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan konsumsi oksigen ikan lele dengan bobot badan 121 gr adalah sebesar 0,14 mg/i ini merupakan bobot ikan yang standar dari semua ikan yang di praktekkan. Pada perlakuan yang kedua ikan didiamkan lagi selama 30 menit maka konsumsi oksigen paling besar pada ikan dengan bobot 93,3 gr adalah sebesar 0,17 mg/i. Hal ini dapat dipastikan pada bobot ikan yang lebih ringan pada perlakuan kedua memiliki jumlah konsumsi oksigen yang paling besar dikarenakan ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaiu berupa arborescen. Berat ikan dan volume ikan dapat berpengaruh terhadap konsumsi oksigen. Hewan akuatik konsentrasi oksigennya tidak lebih dari 1ml/100 ml air, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen, hewan akuatik harus menyentuhkan insangnya pada aliran air lebih banyak (Wulangi, 1993).
 
 Sheare (2008) menyatakan bahwa konsumsi oksigen sebanding dengan produksi panas tubuh (kkal/hari). Konsumsi oksigen berbanding lurus dengan berat dan bila dituliskan dalam rumus maka T= α.Wy dimana α dapat berbeda-beda tergantung kondisi air (dingin, sejuk, panas) dan y = 0,8. Menurut Pratiwi (2002) berat tubuh ikan berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, semakin ringan berat ikan maka nilai KO2nya semakin besar. 

 Siswanto (2008) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan berbanding terbalik dengan berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Djarubito (1990), yang menemukan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan berat tubuh. Menurut Frandson, (1992), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan poikiloterm dari ikan air tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15OC. Kecepatan konsumsi oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10OC.\

  Kebutuhan konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural molekul darah yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktifitas ikan (Sheare, 2008).
Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan menurut Frandson (1992), antara lain:
1. Aktifitas , ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi
     oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif.
2. Ukuran, Ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan
     yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak.
3. Umur, ikanyang berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak dari pada
     ikan yang lebih tua.
4. Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya juga tinggi
     sehingga konsumsi oksigen lebih banyak.

 Menurut Pratiwi (2002), jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5 mg/L maka kadar oksigennya berkurang. Konsumsi oksigen pada juvenil ikan bandengan dipengaruhi oleh jumlah kadar Zn pada air. Juvenil ikan bandeng yang terkontaminasi logam Zn sebanyak 0.01 ppm mengkonsumsi oksigen lebih tinggi dari pada ikan yang tidak terkontaminasi. Menurut Oksigen terlarut apabila dalam jumlah banyak ikan-ikan memang jarang sekali mati tetapi pada keadaan tertentu hal yang demikian dapat mengakibatkan ikan mati juga, sebab dalam pembuluh darah terjadi emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambut dalam daun-daun insang.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulakan bahwa :
1. Bobot Ikan mas yang digunakan pada percobaan bervariasi, pada perlakuan 30 menit pertama
     pada ikan bobot paling berat yaitu121 gr konsumsi oksigennya adalah 0,14 mg/i sedangkan
     pada 30 menit kedua pada ikan kedua dengan bobot 93,3 gr konsumsi oksigennya adalah
     0,17 mg/i.
2. Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan adalah aktifitas, ukuran, umur dan
     temperatur.


DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Djarubito, Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga LP4. Jakarta.
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Pratiwi, A. 2002. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.
Sheare, J.K. 2008. Anatomi dan Psikologi Reproduksi. Florida : Universitas Florida
Siswanto. 2008. Bahan Ajar Fisiologi. Laboratorium Fisiologi Universitas Udayana. Denpasar.
Tobin, Muhammad. 1994. Fisiologi Hewan Mekanisme Fungsi Tubuh. Angkasa. Yogyakarta.
Wulangi S. Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip fisiologi hewan. Jurusan biologi ITB. Bandung


\




Tidak ada komentar:

Posting Komentar