Di dalam dunia taksonomi, interaksi
dengan berbagai spesimen hewan sering terjadi, banyak diantara spesimen hewan
yang dijadikan kajian di dalam mata kuliah Taksonomi Hewan Vertebrata ini
didapatkan dengan cara menangkap langsung di alam, sehingga para ahli sangat
memikirkan bagaimana cara mengidentifikasi hewan-hewan yang ada di lapangan.
Akhirnya para ahli tersebut membuat cara-cara yang mudah untuk mendapatkan
hewan-hewan tersebut. Cara-cara yang mudah untuk mendapatkan hewan-hewan
tersebut dikenal dengan nama Metode-Metode Lapangan. Metode Lapangan itu sendiri
adalah berbagai metode untuk menangkap
jenis-jenis hewan khususnya hewan vertebrata dan melibatkan alat-alat yang
membutuhkan keterampilan tersendiri dalam pemakaiannya. Ada dua
macam metode yang dapat digunakan untuk menangkap hewan di lapangan, yaitu
metode pasif dan metode aktif. Metode pasif merupakan metode yang digunakan
untuk mendapatkan hewan vertebrata dengan mengunakan kecanggihan alat yang kita
gunakan. Sedangkan metode aktif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menangkap hewan secara langsung di lapangan (peneliti terjun langsung ke
lapangan). Setelah mendapatkan hewan vertebrata yang kita inginkan, maka kita bisa
langsung mengidentifikasinya, dan memberi nama, atau mencari tahu namanya.
Beberapa
metode lapangan yang sesuai dengan kelas-kelas yang ada di dalam vertebrata,
yaitu :
Kelas Pisces
Kelas ini
dicirikan dengan habitnya yang mutlak terhadap air. Adapun cara yang digunakan
untuk mengoleksi jenis-jenis dari kelas ini adalah dengan menggunakan alat
bantu, berupa pancing, jala, pukat, fish trap, sentrum listrik (electrical
snatcher) dan sebagainya. Cara tangkap langsung bisa menggunakan pancing, jala
dan pukat, dalam penggunaannya tidak memerlukan keterampilan khusus. Menangkap ikan dengan menggunakan pancing ikan, yang
biasanya berbentuk tongkat panjang. Sentruman, digunakan untuk menangkap ikan
dengan mengalirkan listrik ke dalam air. Listriknya bisa berasal dari aki atau
dari aliran listrik PLN. Setelah listrik dialiri ke dalam air, ikan akan
pingsan, setelah itu ikan tersebut ditangkap dan diidentifikasi. Selanjutnya jaring, yang berbentuk rajutan pilinan benang yang digunakan untuk menangkap
ikan, rajutan ini panjang.
Digunakan secara merentangkanya dengan menghadap
kearah datangnya arus. Selanjutnya pukat, pada dasarnya prinsip kerja pukat
sama dengan jala. Bentuknya pun persis sama. Hanya saja pukat ini merupakan
metode aktif untuk menangkap ikan. Hal ini dikarenakan setelah dipasang alat
ini harus ditarik secara melingkar untuk mengepung ikan, agar ikan yang didapat
lebih banyak.
Fish trap merupakan metode yang digunakan untuk menangkap ikan.
Alat ini biasanya berbentuk segi empat yang terbuat dari rajutan tali dan
kawat-kawat kecil. alat ini termasuk alat pasif, karena kita menggunakan
kecanggihan alat ini untuk mendapatkan ikan. Cara penggunaan fish trap ini
pertama kali dibuka tutupnya (yang lebih besar diantara kedua sisi fish trap),
kemudian diikatkan pelet sebagai umpan ikan didalam tempat umpan didalam fish
trap agar ikan mau mendekat ke fish trap. Celah tempat masuk ikan dipasangkan
menghadap mengarah kearah datangnya arus, agar ikan dengan mudah masuk ke dalam
fish trap, alat ini diletakkan dalam keadaan terbenam serta sedatar mungkin, kemudian
masukan batu kedalam alat ini sebagai pemberat agar alat ini tidak hanyut
terbawa arus air, lalu ikatkan alat ini dengan tali pada pepohonan terdekat,
hal ini bertujuan agar alat yang kita pasang ini tidak hanyut.
Setelah
alat ini terpasang sempurna kita bisa meninggalkan alat ini dan di cek dalam
jangka waktu 1x/6jam atau apabila tangkapan banyak atau ketersediaan ikan
banyak di daerah tempat kita meletakkan fish trap maka kita harus mengecek
1x/1jam. Ikan hasil tangkapan sebaiknya diambil didalam air hal ini bertujuan
supaya sisik-sisik ikan tidak rusak apabila di ambil di luar air maka spesimen
ikan tersebut akan rusak.
Kelebihan
alat ini adalah lebih efesien waktu, lebih sederhana dan simpel. Adapun
kekurangan alat ini adalah ikan yang didapat adalah ikan kecil-kecil, serta
kemungkinan ranting kayu atau sampah juga dapat masuk ke dalam alat ini.
Fish Trap sebelum didalam air Fish Trap didalam air |
Kelas
Amphibi dan Reptil
Kelas ini karena melalui siklus
metamorfosis didalam kehidupannya, maka kelas amphibi tetap mempunyai
ketergantungan yang kuat kepada air. Hal ini bisa digunakan sebagai petunjuk
dalam mencari keberadaan individu amphibi dan reptil. Kebanyakan dari mereka
bisa ditemukan pada banir kayu, disekitar arus air, dan tempat yang lembab
lainnya. Adapun cara yang digunakan untuk mengoleksi
jenis-jenis dari kelas ini adalah dengan menggunakan alat bantu, berupa metode
aktif night visual encounter, metode banir search method dan metode pasif
pitfall trap drift fences method. Metode night visual
encounter adalah metode tangkap langsung pada malam hari dengan menggunakan
bantuan penerangan (senter, lampu kendaraan, obor). Biasanya dilakukan
penyisiran disekitar badan perairan. Setiap individu yang terlihat ditangkap
langsung dengan tangan serta mengarahkan penerangan ke arah mata hewan tersebut
yang bertujuan untuk membutakan.
Adapun metode banir search method adalah metode dengan pola
petak kuadrat. Yaitu membuat plot, 4 pancang mengelilingi banir pohon dan
diikat dengan tali lalu pemfokusan penangkapan didalam petak kuadarat tersebut.
Sedangkan pitfall trap drift fences method adalah metode yang
digunakan untuk menangkap hewan melata/Herpetofauna (Amphibi dan Reptil). Metode
pasif Pit fall trap drift fences methods merupakan
metoda gabungan antara perangkap dengan pemakaian pagar pengarah. Metode ini biasanya diterapkan pada daerah teresterial untuk
menangkap hewan amphibi dan reptil yang aktif bergerak dan berukuran lebih kecil. Alat ini biasanya dipasang
pada muara sungai dimana hewan reptil dan amphibi air hidup sebagai habitatnya.
Alat
dan bahan yang di gunakan pada metode ini adalah bambu, terpal hitam, ember
berukuran sedang sebanyak 4 buah atau lebih, sabun colek, serasah. Cara
kerjanya, pertama tancapkan bambu ke tanah, ikat terpal ke bambu, masukkan ke
dalam tanah kira-kira dengan kedalaman 10 cm. Tanah di gali dibalik terpal
tersebut sebagai tempat meletakkan beberapa ember. Posisi ember di kanan kiri
dibuat secara zig-zag agar hewan yang datang tidak akan mudah lolos. Pada
permukaan bawah ember tersebut sebaiknya dilobangi supaya air yang masuk bisa
keluar dengan mudah dan tidak tergenang dalam ember.
Letakkan
serasah supaya terjadi kelembapan dalam ember tersebut. Oleskan sabun colek di
mulut ember supaya licin. Agar hewan yang terperangkap tidak bisa keluar lagi. Pemasangan hedaknya pada sore hari, dan dibiarkan
semalam. Paginya di cek apakah ada amphibi dan reptil yang terjebak, hal ini
dilakukan karena hewan Herpetofauna hanya aktif pada malam hari, sehingga
pemasangan Pit Fill Trap dilakukan pada malam hari.
Pitfall trap drift fences method |
Metode lain yang digunakan untuk kelas reptil adalah
snake tongs (penjepit yang seperti tang panjangnya 2m), dan menggunakan paralon
yang cukup panjang. Dalam penggunaan paralon, pada ujung paralon diberi umpan,
dan di letakkan ke arah akar pohon atau banir. Hal ini bertujuan agar ular yang
tertangkap tidak bisa keluar lagi karena pada prinsipnya reptil tidak bisa
bergerak mundur. Kemudian snack glue yaitu berupa lem yang dapat menangkap
hewan-hewan yang melintas di atasnya.
Kelas Aves
Metode yang paling umum digunakan untuk kelas ini
adalah mist net (jala kabut) dan digiscoping. Mist net merupakan alat yang digunakan untuk menangkap burung.
Alat ini bentuknya seperti jala yang terbuat dari serat nilon berwarna gelap, dengan
lebar 3 meter. Jaring ini mempunyai mata jala yang berukuran 36mm atau bisa
lebih besar tergantung dengan ukuran burung yang akan di tangkap. Panjang mist
net ada yang 12,9, dan 6 meter. Mist net menggunakan Tonggak (bambu), tali,
kantong burung, tali, kayu/tongkat.
Cara memasang alat ini yaitu:
yang pertama tentukan dahulu tempat dan daerah kondusif yang diperkirakan
banyak burungnya. Seperti di punggung bukit, dekat aliran sungai, dan tempat
lainya. Kemudian rentangkan mist net dengan mengikatkanya ke tonggak atau
bambu, dengan bantuan tongkat nabi musa. Tongkat ini bisa digunakan untuk
menarik dan menurunkan mist net yang sudah terpasang. Alat ini dipasang berjarak
50 cm dari permukaan tanah agar mamalia yang berjalan tidak ikut terjebak pada
alat ini. Dalam pemasangan mist net ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
pertama hindari pemakaian alat-alat asesoris seperti cincin kalung dan lainya
dalam pemasangan mist net, karena bisa mengakibatkan mist net kusut. Kedua
hendaknya pemasangan mist net ini dilakukan jam 6 pagi, dan dilepas jam 6 sore.
Hal ini bertujuan agar burung
yang didapatkan banyak, karena waktu aktif dari burung adalah dari jam 6 pagi
sampai jam 6 sore. Setelah dipasang dilakukan pengecekan 1 jam sekali, karena
jika burung yang didapatkan dibiarkan saja terjebak di Mist net akan berakibat
fatal, karena burung bisa mati. hal ini dikarenakan burung memiliki stress yang
tinggi. Burung yang sudah tertangkap, bagian kakinya dulu yang dilepaskan baru
bagian kepala. Karena burung kalau nyangkut di mist net yang duluan nyangkut
adalah bagian kepalanya maka untuk melepaskannya bagian kaki yang di keluarkan
dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar