Minggu, 12 Mei 2013

MELACAK JEJAK



I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kepadatan populasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor natalitas, moralitas, emigrasi, dan imigrasi. Faktor-faktor ini terjadi karena adanya interaksi antara individu ataupun spesies dengan lingkungan hidupnya. Dalam proses interaksi satwa liar dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain, bersembunyi ataupun menghindar serta menyerang (Nazri dan Novarino, 2009).
          Semua hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa jejak seperti bekas telapak kaki di permukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu dipelajari secara seksama. Jejak ataupun tanda-tanda yang di ada di lapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada tidaknya hewan yang bersangkutan (Brotowidjoyo, 1989).
          Beberapa metode langsung yang dikenal seperti cara penghalauan sistem alur, metode terkorenfisasi dan sensus. Dalam metode ini ada pula morfologi dan ekologi yang memungkinkan diperoleh dari pengamatan jejak  yaitu sebagai berikut yaitu, karakter (spesies, genus, kelamin, ukuran tubuh, dan berat), gaya, (antara lain: Walking trade (berjalan) dengan ciri-ciri simetris, Trotting (berjalan cepat) dengan tipe jejak yang simetris, Galloping track (melompat)dengan tipe jejak yang nono simetris), kajian populasi (yaitu bisa diketahui jumlah minimal individu serta range (daerah jelajah)), tingkah laku makan dan pola lintasan (Djuhanda, 1983).
          Penemuan jejak banyak ditemui pada hutan yang terlindungi maupun yang tidak terlindungi, seperti banyak ditemukan pada hutan di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Jejak hewan yang paling banyak ditemukan adalah jejak kaki harimau, babi, beruang, dan sebagainya. Jejak satwa liar merupakan perbandingan dan berdasarkan suara (Nowak dan Paradiso, 1983).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai Melacak Jejak ini adalah untuk mengetahui tipe-tipe jejak hewan dengan mengukur setiap temuan jejak pada perlakuan yang telah ditentukan.

1.3 Tinjauan Pustaka
Jejak mamalia merupakan cetakan kaki atau kuku dari hewan mamalia pada substrat tertentu sesuai dengan kebiasaan atau prilaku yang dimaksud misalnya aktivitas kehidupan, seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan,cara mencari makanan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara dan lain-lain (Djuanda,1983).
          Tempat terbaik untuk melacak jejak dan menemukan jejak adalah pada tanah bersih atau berlumpur, pada turunan muara sungai, di sungai, tepi danau, tempat berkubang atau tempat minum, tempat-tempat lorong antara bambu dan tanah terluar yang merupakan tempat-tempat yang sering dilalui hewan untuk mendapatkan air atau berkubang. Berdasarkan struktur kakinya, cetakan kaki dapat dibedakan 2 golongan, yaitu jejak kaki yang dibuat oleh hewan yang mempunyai cakar dan kuku, dan jejak kaki hewan ungulata. Tipe jejak dari hewan harus dikenal dan juga umur jejak harus dikenal apakah sudah lama atau baru. Kebenaran ukuran jejak diperiksa dengan membuat cetakan kaki dengan menggunakan gips (Rahmat, 1995).
          Jejak-jejak ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan,antara lain tapak kaki.Bekas tapak kaki dipermukaan tanah penting untuk diketahui bentuk,ukuran dan umurnya.Tempat-tempat untuk menemukan jejak antara lain ditepi sungai,tempat berkubang,pantai,tempat-tempat istirahat dan lorong-lorong diantara tumbuhan bamboo dan semak belukar (Jasin, 1992).
          Dalam penelitian, perlu diperhatikan dan dikenali posisi kaki depan kaki belakang dan untuk mempermudah mengetahui hewan apa yang terdapat pada  bekas kaki hewan tersebut. Jejak kaki yang ditinggal di atas permukaan tanah juga dibantu ukuran dengan membuat gambar pada kertas milimeter ataupun dicetak dengan menggunakan  gips tadi. Cetakan kaki di permukaan tanah penting untuk diketahui bentuk, ukuran, dan umurnya (Prawihartono,1995).
          Feses biasanya menunjukkan keadaan yang khas.Penemuan feses sangat penting apakah masih baru atau sudah lama.Dari analisa feses dapat dikenali jenis makanan mereka berdasarkan keadaan bulu-bulu,rambut,gigi/taring maupun tulang tengkorak yang terdapat pada feses tersebut (Van Strien,1983).
          Diantara beberapa jenis satwa liar ada yang mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan atau melepaskan bagian-bagian seperti tanduk,tulang,bulu-bulu rambut,kulit dan duri.Dari bagian ini dapat diketahui wilayah penyebarannya.Cara lain adalah dengan suara dan bunyi-bunyianya,yang dimaksud dengan suara adalah sesuatu yang kita dengar sebagai akibat dari tingkah laku (Jasin,1992).
          Melacak jejak juga dapat dilakukan dengan acuan bau.Bau yang khas dan mencolok yang ditimbulkan oleh suatu jenis satwa liar yang dapat dicium oleh manusia.Bau tersebut berasal dari suatu kelenjar yang dimilikinya seperti trenggiling,musang,rusa,kalelawar,dan badak (Brotowidjoyo, 1989).
          Dari pengamatan jejak morfologi dan ekologi yang mungkin diperoleh adalah karakter seperti spesies,jenis kelamin,ukuran tubuh dan berat,gaya atau tipe jejak yang terbagi atas walking track,berjalan cepat dengan tipe jejak yang simetris,Galloping track,berlari cepat dengan tipe jejak yang non simetris.Data berikutnya berupa kajian populasi dan tingkah laku (Djuanda,1983).
          Identifikasi terutama pada melacak jejak dilakukan untuk jejak kaki satwa liar untuk golongan mamalia besar.Identifikasi pengukuran yang normal. Dalam penelitian jejak perlu dikenal posisi kaki depan dan kaki belakang serta bentuk ujung jari kaki depan dan jari kaki belakang (Van Strien,1983).
          Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir,liat ataupun batu karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar (Van Strien,1983).
          Ada kesulitan untuk menentukan identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan.Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan,kurang erat hubunganya dengan ukuran populasi.Hal-hal yang disebutkan diatas juga merupakan kelemahan dalam melacak jejak (Djuanda,1983).

II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Melacak Jejak dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 April 2011, di Laboratorium Taksonomi Hewan , Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, sekop, tanah pasir, tanah humus,tanah biasa, kaliper, rol plastik, kamera digital, plastik transparan, spidol permanen.

2.3 Cara Kerja
Tanah disiapkan dengan ukuran 1 x 1,5 m. Pada bidang tanah tersebut dibersihkan dari sisa-sisa daun dan batu. Kemudian tanah tersebut digemburkan dan dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama tetap dibiarkan, tanah kedua ditambah dengan pasir dicampur hingga rata, tanah ketiga ditambah dengan tanah humus dicampur hingga rata. Kemudian lakukan pencetakan kaki pada substrat tersebut, sebaiknya kaki yang digunakan untuk mencetak jejak adalah kaki yang sama. Lakukan pengukuran awal terhadap parameter seperti panjang kaki, lebar kaki, tinggi jari, panjang jempol dan tinggi jempol. Kemudian diphoto jejak yang baru dibuat dan dicomplak pada kertas transparan. Lakukan pengamatan terhadap jejak tersebut dengan selang waktu pengamatan 1 minggu.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Hari
Panjang jejak
Lebar jejak
Step
Stride
Straddle
Kedalaman
Faktor lingkungan

Senin/18-04-2011
19 cm
9,5 cm
30 cm
63 cm
24,5 cm
3 cm
Cuaca sedikit mendung

Selasa/19-04-2011
21 cm
8,5 cm
30 cm
62 cm
23 cm
1,5cm
Hujan dan ditutupi serasah

Rabu/20-04-2011
19 cm
9 cm
32 cm
61 cm
25 cm
0,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


Kamis/21-04-2011
23 cm
8,5 cm
30 cm
57 cm
19 cm
1 cm
Cuaca cerah tidak ditutupi serasah

Jumat/22-04-2011
20 cm
9,5 cm
30 cm
64 cm
27 cm
0,5 cm
Cuaca terang

Sabtu/23-04-2011
19,5 cm
9,5 cm
29 cm
64 cm
27 cm
0,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


Minggu/24-04-2011
21 cm
8,5 cm
26,9 cm
60 cm
25 cm
0,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


3.1 Tanah Pasir

Pada tempat jejak yang diletakan pada daerah terbuka kondisi tanah dapat berubah secara signifikan dan menimbulkan perubahan pada jejak kaki. Didaerah terbuka faktor lingkungan dapat dengan bebas mempengaruhi kondisi cetakan jejak pada tanah. Gangguan dari hujan dan hewan-hewan merupakan salah satu contohnya (Van strien, 1983).
          Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah, apakah pasir, liat, ataupun batu karang. Pada umumnya diatas pasir dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Namun kelemahannya dalam mencetak jejak lainnya adalah ada kemungkinannya objek jejak berubah bentuk dan ukurannya dikarenakan tercuci oleh air hujan yang besar (Jasin, 1992).
          Pada pengukuran step, stride dan straddle data yang didapatkan perhari berubah-ubah ada yang makin panjang ada yang makin pendek, ini dikarenakan oleh faktor dalam dan luar dalam melakukan pengamatan jejak atau mungkin ini bisa saja terjadi karena kesalahan pemakaian kaliper (Djuhanda, 1983).


3.2 Tanah Humus
Hari
Panjang jejak
Lebar jejak
Step
Stride
Straddle
Kedalaman
Faktor lingkungan

Senin/18-04-2011
23 cm
9,5 cm
25 cm
55 cm
20 cm
3 cm
Cuaca sedikit mendung

Selasa/19-04-2011
23 cm
10 cm
25 cm
57 cm
20 cm
3 cm
Hujan dan ditutupi serasah

Rabu/20-04-2011
22,5 cm
9,5 cm
25 cm
57 cm
27 cm
2,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


Kamis/21-04-2011
23,5 cm
10 cm
23,5 cm
56 cm
22 cm
2,5 cm
Cuaca cerah tidak ditutupi serasah

Jumat/22-04-2011
22 cm
10 cm
25 cm
57 cm
23 cm
1,5 cm
Cuaca terang

Sabtu/23-04-2011
22 cm
10 cm
24 cm
57 cm
23 cm
1 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


Minggu/24-04-2011
22 cm
10 cm
25,5 cm
58 cm
20,5 cm
1,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah



Pada tanah humus kedalaman jejak sangat terlihat jelas dan jejak pun sangat kelihatan. Pada pengukuran tanah humus juga dilakukan seperti pada tanah pasir. Yang berbeda hanya pada jenis substrat tanah serta keadaan tanah. Dari jejak yang diamati dapat diketahui bahwa data morfologi dan ekologi dapat diperoleh dari jejak yang diamati tersebut.
          Tidak hanya itu saja tetapi dari jejak tersebut kita bisa mengetahui lama jejak tersebut berada disubstrat yang kita lihat jika ditempat lain. Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir,liat ataupun batu karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar (Van Strien,1983).
          Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan, serta kurang erat hubungannya dengan ukuran populasi. Hal ini terjadi karena kondisi dan pergerakan sangat mempengaruhi jejak tersebut dibandingkan dengan ukuran populasi pada suatu ekosistem ataupun habitat. Hal ini juga didukung dengan faktor-faktor lingkungan disekitar jejak tersebut. Hingga menimbulkan hubungan yang erat pada saat mengamati jejak yang akan diteliti (Djuanda, 1983).


3.3 Tanah Biasa
Hari
Panjang jejak
Lebar jejak
Step
Stride
Straddle
Kedalaman
Faktor lingkungan

Senin/18-04-2011
22 cm
9 cm
28 cm
56 cm
18 cm
3 cm
Cuaca sedikit mendung

Selasa/19-04-2011
22,5 cm
10 cm
28 cm
57 cm
16,5 cm
2 cm
Hujan dan ditutupi serasah

Rabu/20-04-2011
22 cm
9,5 cm
30 cm
57 cm
23,5 cm
2,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


Kamis/21-04-2011
23 cm
10,5 cm
28 cm
56 cm
19 cm
3 cm
Cuaca cerah tidak ditutupi serasah

Jumat/22-04-2011
20 cm
9,5 cm
30 cm
64 cm
27 cm
0,5 cm
Cuaca terang

Sabtu/23-04-2011
22 cm
10 cm
30 cm
59,5 cm
27 cm
1,5 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah


Minggu/24-04-2011
22 cm
9,5 cm
27 cm
57 cm
26 cm
2 cm
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah



Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah, apakah pasir, liat, ataupun batu karang. Pada umumnya diatas pasir dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Namun kelemahannya dalam mencetak jejak lainnya adalah ada kemungkinannya objek jejak berubah bentuk dan ukurannya dikarenakan tercuci oleh air hujan yang besar (Jasin, 1992).
          Tidak hanya itu saja tetapi dari jejak tersebut kita bisa mengetahui lama jejak tersebut berada disubstrat yang kita lihat jika ditempat lain. Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir,liat ataupun batu karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air hujan yang besar (Van Strien,1983).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Pada setiap jenis tanah atau substrat yang diguakan yang terdapat cetakan jejak didapatkan perbedaan karakter pengukuran seperti panjang jejak, lebar jejak, panjang jari dan lebar jempol.
  2. Perbedaan di atas disebabkan adanya variasi lokasi dalam menentukan tempat meletakkan objek
  3. pada daerah terbuka terjadi perubahan karakter pengukuran yang paling menonjol hal ini dikarenakan keadaan substrat sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
  4. Kelemahan dalam melacak jejak yaitu, kemungkinan keadaan jejak berubah maupun ukuran dan bentuknya serta adanya kesulitan dalam identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan.
  5. Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan dibandingkan dengan ukuran populasi.

1.2  Saran
Pada praktikum ini disarankan dalam mencetak jejak digunakan kaki yang sama. Pengamatan harus dilakukan pada setiap waktu yang telah ditentukan. Ketelitian dalam pengukuran dan pembacaan caliper.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Djuanda, 1983. Anatomi Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.
Nazri,M dan Novarino W. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata. Universitas Andalas. Padang.
Nowak dan Paradiso, 1983. Walker’s Mammals of the a word 4 th Edition Volume II. The Jhon Hopkins University Press. Baltimora. London.
Prawirohartono, S. 1995. Biologi 2 b. Bumi Aksara. Jakarta.
Rahmat. 1995. Jejak Kaki Hewan Liar. Erlangga. Jakarta.
Van, Strien. 1983. Menghitung Populasi Berdasarkan Jejak. Bina Cipta. Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar