I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kepadatan
populasi sangat ditentukan oleh faktor-faktor
natalitas, moralitas, emigrasi, dan imigrasi. Faktor-faktor
ini terjadi karena adanya interaksi antara individu ataupun spesies dengan
lingkungan hidupnya. Dalam proses
interaksi satwa liar dapat bergerak dari satu tempat ketempat lain, bersembunyi ataupun menghindar serta
menyerang (Nazri dan Novarino, 2009).
Semua
hewan hidup dengan berbagai pertanda yang mereka perlihatkan baik berupa jejak
seperti bekas telapak kaki di permukaan tanah, feses yang ditinggalkan dan
bagian-bagian yang ditinggalkan seperti sarang dan bau-bauan yang juga perlu
dipelajari secara seksama. Jejak ataupun tanda-tanda yang di ada di lapangan
dapat dipergunakan sebagai indikator ada tidaknya hewan yang bersangkutan (Brotowidjoyo,
1989).
Beberapa
metode langsung yang dikenal seperti cara penghalauan sistem alur, metode
terkorenfisasi dan sensus. Dalam metode ini ada pula morfologi dan ekologi yang
memungkinkan diperoleh dari pengamatan jejak
yaitu sebagai berikut yaitu, karakter (spesies, genus, kelamin, ukuran
tubuh, dan berat), gaya, (antara lain: Walking trade (berjalan) dengan
ciri-ciri simetris, Trotting (berjalan cepat) dengan tipe jejak yang simetris,
Galloping track (melompat)dengan tipe jejak yang nono simetris), kajian populasi
(yaitu bisa diketahui jumlah minimal individu serta range (daerah jelajah)), tingkah
laku makan dan pola lintasan (Djuhanda, 1983).
Penemuan
jejak banyak ditemui pada hutan yang terlindungi maupun yang tidak terlindungi,
seperti banyak ditemukan pada hutan di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Jejak hewan yang paling banyak ditemukan adalah jejak kaki harimau, babi,
beruang, dan sebagainya. Jejak satwa liar merupakan perbandingan dan
berdasarkan suara (Nowak dan Paradiso, 1983).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai Melacak Jejak ini adalah untuk
mengetahui tipe-tipe jejak
hewan dengan mengukur setiap temuan jejak pada perlakuan yang telah ditentukan.
1.3 Tinjauan Pustaka
Jejak
mamalia merupakan cetakan kaki atau kuku dari hewan mamalia pada substrat
tertentu sesuai dengan kebiasaan atau prilaku yang dimaksud misalnya aktivitas
kehidupan, seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan,cara mencari makanan, cara membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku
bersuara dan lain-lain (Djuanda,1983).
Tempat
terbaik untuk melacak jejak dan menemukan jejak adalah pada tanah bersih atau
berlumpur, pada turunan muara sungai, di sungai, tepi danau, tempat berkubang
atau tempat minum, tempat-tempat lorong antara bambu dan tanah terluar yang
merupakan tempat-tempat yang sering dilalui hewan untuk mendapatkan air atau
berkubang. Berdasarkan struktur kakinya, cetakan kaki dapat dibedakan 2
golongan, yaitu jejak kaki yang dibuat oleh hewan yang mempunyai cakar dan
kuku, dan jejak kaki hewan ungulata. Tipe jejak dari hewan harus dikenal dan
juga umur jejak harus dikenal apakah sudah lama atau baru. Kebenaran ukuran
jejak diperiksa dengan membuat cetakan kaki dengan menggunakan gips (Rahmat,
1995).
Jejak-jejak
ataupun tanda lainnya yang ada dilapangan dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar
yang bersangkutan,antara lain tapak kaki.Bekas tapak kaki dipermukaan tanah
penting untuk diketahui bentuk,ukuran dan umurnya.Tempat-tempat untuk menemukan
jejak antara lain ditepi sungai,tempat berkubang,pantai,tempat-tempat istirahat
dan lorong-lorong diantara tumbuhan bamboo dan semak belukar (Jasin, 1992).
Dalam
penelitian, perlu diperhatikan dan dikenali posisi kaki depan kaki belakang dan
untuk mempermudah mengetahui hewan apa yang terdapat pada bekas kaki hewan tersebut. Jejak kaki yang
ditinggal di atas permukaan tanah juga dibantu ukuran dengan membuat gambar
pada kertas milimeter ataupun dicetak dengan menggunakan gips tadi. Cetakan kaki di permukaan tanah
penting untuk diketahui bentuk, ukuran, dan umurnya (Prawihartono,1995).
Feses
biasanya menunjukkan keadaan yang khas.Penemuan feses sangat penting apakah
masih baru atau sudah lama.Dari analisa feses dapat dikenali jenis makanan
mereka berdasarkan keadaan bulu-bulu,rambut,gigi/taring maupun tulang tengkorak
yang terdapat pada feses tersebut (Van Strien,1983).
Diantara beberapa jenis satwa liar ada
yang mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan atau melepaskan bagian-bagian
seperti tanduk,tulang,bulu-bulu rambut,kulit dan duri.Dari bagian ini dapat
diketahui wilayah penyebarannya.Cara lain adalah dengan suara dan
bunyi-bunyianya,yang dimaksud dengan suara adalah sesuatu yang kita dengar
sebagai akibat dari tingkah laku (Jasin,1992).
Melacak jejak juga dapat dilakukan
dengan acuan bau.Bau yang khas dan mencolok yang ditimbulkan oleh suatu jenis
satwa liar yang dapat dicium oleh manusia.Bau tersebut berasal dari suatu
kelenjar yang dimilikinya seperti trenggiling,musang,rusa,kalelawar,dan badak (Brotowidjoyo, 1989).
Dari pengamatan jejak morfologi dan
ekologi yang mungkin diperoleh adalah karakter seperti spesies,jenis
kelamin,ukuran tubuh dan berat,gaya atau tipe jejak yang terbagi atas walking
track,berjalan cepat dengan tipe jejak yang simetris,Galloping track,berlari
cepat dengan tipe jejak yang non simetris.Data berikutnya berupa kajian
populasi dan tingkah laku (Djuanda,1983).
Identifikasi terutama pada melacak
jejak dilakukan untuk jejak kaki satwa liar untuk golongan mamalia
besar.Identifikasi pengukuran yang normal. Dalam
penelitian jejak perlu dikenal posisi kaki depan dan kaki belakang serta bentuk ujung jari kaki depan dan
jari kaki belakang (Van Strien,1983).
Kondisi jejak yang ditinggalkan sangat
tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah apakah pasir,liat ataupun batu
karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh jejak yang baik dan mudah
untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya adalah kemungkinannya
keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun tercuci oleh air
hujan yang besar (Van Strien,1983).
Ada kesulitan untuk menentukan
identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang
ditinggalkan.Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan
pergerakan,kurang erat hubunganya dengan ukuran populasi.Hal-hal yang disebutkan
diatas juga merupakan kelemahan dalam melacak jejak (Djuanda,1983).
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Melacak Jejak dilaksanakan pada
hari Senin, tanggal 18 April 2011, di Laboratorium Taksonomi Hewan , Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah
cangkul, sekop, tanah pasir, tanah humus,tanah biasa, kaliper, rol plastik,
kamera digital, plastik transparan, spidol permanen.
2.3 Cara Kerja
Tanah disiapkan dengan ukuran 1 x 1,5 m. Pada
bidang tanah tersebut dibersihkan dari sisa-sisa daun dan batu. Kemudian tanah
tersebut digemburkan dan dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama tetap
dibiarkan, tanah kedua ditambah dengan pasir dicampur hingga rata, tanah ketiga
ditambah dengan tanah humus dicampur hingga rata. Kemudian lakukan
pencetakan kaki pada substrat tersebut, sebaiknya kaki yang digunakan untuk mencetak
jejak adalah kaki yang sama. Lakukan pengukuran awal terhadap parameter seperti
panjang kaki, lebar kaki, tinggi jari, panjang jempol dan tinggi jempol. Kemudian diphoto jejak yang baru dibuat
dan dicomplak pada kertas transparan. Lakukan pengamatan terhadap jejak
tersebut dengan selang waktu pengamatan 1 minggu.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan
hasil sebagai berikut :
Hari
|
Panjang jejak
|
Lebar jejak
|
Step
|
Stride
|
Straddle
|
Kedalaman
|
Faktor lingkungan
|
|
Senin/18-04-2011
|
19 cm
|
9,5 cm
|
30 cm
|
63 cm
|
24,5 cm
|
3 cm
|
Cuaca sedikit mendung
|
|
Selasa/19-04-2011
|
21 cm
|
8,5 cm
|
30 cm
|
62 cm
|
23 cm
|
1,5cm
|
Hujan dan ditutupi serasah
|
|
Rabu/20-04-2011
|
19 cm
|
9 cm
|
32 cm
|
61 cm
|
25 cm
|
0,5 cm
|
Cuaca terang,kelembapan rendah dan
ada serasah
|
|
Kamis/21-04-2011
|
23 cm
|
8,5 cm
|
30 cm
|
57 cm
|
19 cm
|
1 cm
|
Cuaca cerah tidak ditutupi
serasah
|
|
Jumat/22-04-2011
|
20 cm
|
9,5 cm
|
30 cm
|
64 cm
|
27 cm
|
0,5 cm
|
Cuaca terang
|
|
Sabtu/23-04-2011
|
19,5 cm
|
9,5 cm
|
29 cm
|
64 cm
|
27 cm
|
0,5 cm
|
Cuaca terang,kelembapan rendah
dan ada serasah
|
|
Minggu/24-04-2011
|
21 cm
|
8,5 cm
|
26,9 cm
|
60 cm
|
25 cm
|
0,5 cm
|
Cuaca terang,kelembapan rendah
dan ada serasah
|
|
3.1 Tanah Pasir
Pada tempat jejak yang diletakan pada daerah terbuka kondisi tanah dapat berubah
secara signifikan dan menimbulkan perubahan pada jejak kaki. Didaerah terbuka
faktor lingkungan dapat dengan bebas mempengaruhi kondisi cetakan jejak pada
tanah. Gangguan dari hujan dan hewan-hewan merupakan salah satu contohnya (Van
strien, 1983).
Kondisi
jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah,
apakah pasir, liat, ataupun batu karang. Pada umumnya diatas pasir dapat
diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Namun kelemahannya dalam
mencetak jejak lainnya adalah ada kemungkinannya objek jejak berubah bentuk dan
ukurannya dikarenakan tercuci oleh air hujan yang besar (Jasin, 1992).
Pada
pengukuran step, stride dan straddle data yang didapatkan perhari berubah-ubah
ada yang makin panjang ada yang makin pendek, ini dikarenakan oleh faktor dalam
dan luar dalam melakukan pengamatan jejak atau mungkin ini bisa saja terjadi
karena kesalahan pemakaian kaliper (Djuhanda, 1983).
3.2 Tanah Humus
Hari
|
Panjang jejak
|
Lebar jejak
|
Step
|
Stride
|
Straddle
|
Kedalaman
|
Faktor lingkungan
|
|
Senin/18-04-2011
|
23 cm
|
9,5 cm
|
25 cm
|
55 cm
|
20 cm
|
3 cm
|
Cuaca sedikit mendung
|
|
Selasa/19-04-2011
|
23 cm
|
10 cm
|
25 cm
|
57 cm
|
20 cm
|
3 cm
|
Hujan dan ditutupi serasah
|
|
Rabu/20-04-2011
|
22,5 cm
|
9,5 cm
|
25 cm
|
57 cm
|
27 cm
|
2,5 cm
|
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah
|
|
Kamis/21-04-2011
|
23,5 cm
|
10 cm
|
23,5 cm
|
56 cm
|
22 cm
|
2,5 cm
|
Cuaca cerah tidak ditutupi serasah
|
|
Jumat/22-04-2011
|
22 cm
|
10 cm
|
25 cm
|
57 cm
|
23 cm
|
1,5 cm
|
Cuaca terang
|
|
Sabtu/23-04-2011
|
22 cm
|
10 cm
|
24 cm
|
57 cm
|
23 cm
|
1 cm
|
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah
|
|
Minggu/24-04-2011
|
22 cm
|
10 cm
|
25,5 cm
|
58 cm
|
20,5 cm
|
1,5 cm
|
Cuaca terang,kelembapan rendah dan ada serasah
|
|
Pada tanah humus kedalaman jejak sangat
terlihat jelas dan jejak pun sangat kelihatan. Pada pengukuran tanah humus juga
dilakukan seperti pada tanah pasir. Yang berbeda hanya pada jenis substrat
tanah serta keadaan tanah. Dari jejak yang diamati dapat diketahui bahwa data
morfologi dan ekologi dapat diperoleh dari jejak yang diamati tersebut.
Tidak
hanya itu saja tetapi dari jejak tersebut kita bisa mengetahui lama jejak
tersebut berada disubstrat yang kita lihat jika ditempat lain. Kondisi
jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah
apakah pasir,liat ataupun batu karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh
jejak yang baik dan mudah untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya
adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun
tercuci oleh air hujan yang besar (Van Strien,1983).
Penyebaran
jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan, serta kurang erat
hubungannya dengan ukuran populasi. Hal ini terjadi karena kondisi dan
pergerakan sangat mempengaruhi jejak tersebut dibandingkan dengan ukuran
populasi pada suatu ekosistem ataupun habitat. Hal ini juga didukung dengan
faktor-faktor lingkungan disekitar jejak tersebut. Hingga menimbulkan hubungan
yang erat pada saat mengamati jejak yang akan diteliti (Djuanda, 1983).
3.3 Tanah Biasa
Hari
|
Panjang
jejak
|
Lebar jejak
|
Step
|
Stride
|
Straddle
|
Kedalaman
|
Faktor
lingkungan
|
|
Senin/18-04-2011
|
22 cm
|
9 cm
|
28 cm
|
56 cm
|
18 cm
|
3 cm
|
Cuaca
sedikit mendung
|
|
Selasa/19-04-2011
|
22,5 cm
|
10 cm
|
28 cm
|
57 cm
|
16,5 cm
|
2 cm
|
Hujan dan
ditutupi serasah
|
|
Rabu/20-04-2011
|
22 cm
|
9,5 cm
|
30 cm
|
57 cm
|
23,5 cm
|
2,5 cm
|
Cuaca
terang,kelembapan rendah dan ada serasah
|
|
Kamis/21-04-2011
|
23 cm
|
10,5 cm
|
28 cm
|
56 cm
|
19 cm
|
3 cm
|
Cuaca cerah
tidak ditutupi serasah
|
|
Jumat/22-04-2011
|
20 cm
|
9,5 cm
|
30 cm
|
64 cm
|
27 cm
|
0,5 cm
|
Cuaca terang
|
|
Sabtu/23-04-2011
|
22 cm
|
10 cm
|
30 cm
|
59,5 cm
|
27 cm
|
1,5 cm
|
Cuaca
terang,kelembapan rendah dan ada serasah
|
|
Minggu/24-04-2011
|
22 cm
|
9,5 cm
|
27 cm
|
57 cm
|
26 cm
|
2 cm
|
Cuaca
terang,kelembapan rendah dan ada serasah
|
|
Kondisi
jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah,
apakah pasir, liat, ataupun batu karang. Pada umumnya diatas pasir dapat
diperoleh jejak yang baik dan mudah untuk dicetak. Namun kelemahannya dalam
mencetak jejak lainnya adalah ada kemungkinannya objek jejak berubah bentuk dan
ukurannya dikarenakan tercuci oleh air hujan yang besar (Jasin, 1992).
Tidak
hanya itu saja tetapi dari jejak tersebut kita bisa mengetahui lama jejak
tersebut berada disubstrat yang kita lihat jika ditempat lain. Kondisi
jejak yang ditinggalkan sangat tergantung pada kondisi keadaan permukaan tanah
apakah pasir,liat ataupun batu karang.Pada umumnya diatas tanah dapat diperoleh
jejak yang baik dan mudah untuk dicetak.Kelemahan dalam melacak jejak lainnya
adalah kemungkinannya keadaan jejak berubah maupun ukurannya dan bentuk ataupun
tercuci oleh air hujan yang besar (Van Strien,1983).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
- Pada setiap jenis tanah atau substrat yang diguakan yang terdapat cetakan jejak didapatkan perbedaan karakter pengukuran seperti panjang jejak, lebar jejak, panjang jari dan lebar jempol.
- Perbedaan di atas disebabkan adanya variasi lokasi dalam menentukan tempat meletakkan objek
- pada daerah terbuka terjadi perubahan karakter pengukuran yang paling menonjol hal ini dikarenakan keadaan substrat sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
- Kelemahan dalam melacak jejak yaitu, kemungkinan keadaan jejak berubah maupun ukuran dan bentuknya serta adanya kesulitan dalam identifikasi individu-individu suatu kumpulan jejak yang ditinggalkan.
- Penyebaran jejak lebih erat hubungannya dengan kondisi dan pergerakan dibandingkan dengan ukuran populasi.
1.2
Saran
Pada praktikum
ini disarankan dalam mencetak
jejak digunakan kaki yang sama. Pengamatan
harus dilakukan pada setiap waktu yang telah ditentukan. Ketelitian dalam pengukuran dan pembacaan
caliper.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, D. M. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Djuanda, 1983. Anatomi Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.
Nazri,M
dan Novarino W. 2009. Penuntun
Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata. Universitas Andalas. Padang.
Nowak dan Paradiso,
1983. Walker’s Mammals of the a word 4 th
Edition Volume II. The Jhon
Hopkins University Press. Baltimora.
London.
Prawirohartono,
S. 1995. Biologi 2 b. Bumi Aksara. Jakarta.
Rahmat. 1995. Jejak Kaki
Hewan Liar. Erlangga. Jakarta.
Van, Strien. 1983. Menghitung Populasi
Berdasarkan Jejak. Bina Cipta.
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar