I. PENDAHULUAN
I.I Teori
Air merupakan
bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Banyak fungsi-fungsi dalam biologi
sepenuhnya bergantung pada air dan sifat kehidupan secara langsung merupakan
hasil dari sifat air. Peranan air
bagi tumbuhan sangat penting. Lebih dari 89% berat basah tumbuhan terdiri dari
air. Dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya, air merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap laju pertumbuhan.
Air mampu melarutkan banyak bahan daripada zat cair lainnya. Jika air mengandung
elektrolit terlarut maka larutan ini membawa muatan dan dapat dijadikan sebagai
pengantar listrik yang baik. Sebaliknya jika air benar-benar murni, air akan
menjadi pengantar listrik yang buruk (Campbell, dkk, 2002).
Fungsi
air yang paling penting yaitu dalam reaksi-reaksi biokimia dalam protoplasma
yang dikontrol oleh enzim. Selain memberi fasilitas bagi berlangsungnya suatu
reaksi biokimia, molekul air dapat berinteraksi secara langsung sebagai
komponen reaktif dalam proses metabolisme di dalam sel. Struktur molekul
protein dan asam nukleat serta aktivitas biologis protoplasma bergantung dekat
dengan molekul air. Hampir semua molekul protoplasma
mengandung aktifitas kimia khasnya pada lingkungan air tempat mereka berada (Salisbury
dan Ross, 1995).
Air
merupakan senyawa utama protoplasma yang berperan sebagai pelarut yang membawa
nutrisi mineral dari tanah ke dalam tumbuhan. Air penting untuk turgiditas,
pertumbuhan sel, mempertahankan bentuk daun, operasi stomata dan pergerakan
struktur tumbuhan serta sebagai medium bagi reaksi-reaksi metabolisme dan
pereaksi penting dalam fotosintesis dan proses-proses hidrolitik (Kimball, 1989).
Selain berperan dalam reaksi biokimia, air memiliki fungsi-fungsi
lainya, yaitu : 1.Protoplasma: pada protoplasma terdapat molekul-molekul makro,
meliputi protein-enzim, asam nukleat, dll, membentuk berasosiasi dengan air
membentuk suatu struktur yang unik yang dikenal dengan koloida.
2.Sistem
hidrolik, air dapat memberikan tekanan hidrolik pada sel sehingga menimbulkan turgor
pada sel-sel tumbuhan, memberikan sokongan kekuatan pada jaringan-jaringan
tumbuhan yang tidak memiliki sokongan struktur pada dinding selnya. Selain itu
tekanan hidrolik juga berperan dalam proses membuka menutupnya stomata.
3.Sistem
angkutan: air berperan dalam mengangkut bahan-bahan dari satu sel ke sel
lainnya, dimana bahan yang diangkut dapat berupa garam-garam mineral atau
bahan-bahan organic hasil fotosintesis dan olahan sel lainnya.
4.Stabilitas
dan pemindahan panas: air berperan dalam pengaturan suhu tubuh tumbuhan,
sehingga tumbuhan tidak mengalami kepanasan. Hal ini disebabkan karena
tingginya panas jenis yang dimiliki air, memungkinkan air sebagai dapar (
buffer ) dalam pengaturan suhu tubuh tumbuhan.
Pada tumbuhan herba yang hidup di air sekitar 85 – 95 % berat tumbuhan
tersusun atas air. Dalam sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara
sehingga dapat digunakan untuk mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga
sebagai substrat atau reaktan untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses
fotosintesis. Sehingga tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan
apabila tidak diberikan air Secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat
menyebabkan kematian (Kimball, 1989).
Didalam tanaman selalu terdapat molekul-molekul air yang selalu bergerak.
Pergerakan ini dimulai dari suatu bagian ke bagian yang lain dan tidak
menimbulkan efek pada keadaan setimbang, molekul bergerak kearah yang berbeda
sehingga menimbulkan difusi, atau dengan kata lain difusi merupakan pergerakan
molekul sejenis dari daerah konsentrasi timggi ke konsentrasi rendah (Darmawan,
1983).
Difusi suatu substansi melintasi membran
biologis disebut transpor pasif, karena sel tidak harus mengeluarkan energi
untuk membuat hal itu terjadi. Gradien konsentrasi itu sendiri merupakan energi
potensial dan mengarahkan difusi. Akan tetapi, harus diingat bahwa membran itu
permeabel selektif sehingga mempengaruhi laju difusi berbagai molekul. Suatu
molekul yang berdifusi secara bebas melintasi sebagian besar membran ialah
ialah air, suatu kenyataan yang memiliki akibat penting bagi sel (Darmawan, 1983).
Peranan
air sebagai pelarut sangat penting bagi tumbuhan, unsur essensial diperlukan
untuk pertumbuhan, senyawa dibutuhkan untuk transfer energi dan membentuk
cadangan makanan. Semuanya memerlukan air sebagai medium translokasi maupun
reaksinya. Bahan-bahan yang disebut larut dalam air dan dalam bentuk terlarut
ini disebarkan ke seluruh tubuh
(Suwimen, 2011).
Definit tekanan difusi adalah perbedaan
difusi antara larutan dengan pelarut murni pada tekanan yang sama. Hal ini
sangat erat hubungannya dengan tekanan osmosa dan tekanan turgor. Misalnya
kentang yang berisi larutan gula dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air
murni (dalam hal ini kentangnya harus bersifat simepermeabel). Sebelum terjadi
difusi dari air ke dalam kentang, gula dimasukkan ke dalam bejana, maka DTD di
dalam kentang dan demikian pula dengan tekanan osmosanya. Sedangkan tekanan
turgornya adalah serendah-rendahnya atau nol. Dengan masuknya air dalam kentang
maka tekanan osmotiknya menurun, sehingga DTDnya menurun dan tekanan turgornya
naik. Tekanan osmosis merupakan pernyataan dari nilai
osmosis itu sendiri. Nilai osmosis menyatakan sesuatu yang masih statis,
sedangkan tekanan osmosis merupakan pelaksanaan dari nilai osmosis (Dwijoseputro, 1985).
Ketika
selaput semipermeabel memisahkan air murni dari larutan, hanya air yang bisa
masuk lewat pori dan larutan akan keluar. Difusi ini terjadi karena perbedaan
potensial kimia. Menciptakan penekanan yang menghasilkan adanya aliran massa di
sepanjang pori selaput tersebut. (Wilkins, 1984).
Dalam
membandingkan larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda, larutan dengan
konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik. Larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik
(disini yang dimaksud adalah konsentrasi zat terlarutnya). Ini merupakan
istila-istilah relatif yang hanya bermakna bila terdapat suatu perbandingan.
(Campbell, dkk, 2002).
Osmosis
dan imbibisi merupakan peristiwa unik dan masing-masing memainkan peranannya
sendiri-sendiri dalam perkembangan tumbuhan. osmosis merupakan suatu bentuk
difusi, yaitu pergerakan air melalui suatu membran permeabel diferensial. Arah osmosis ditentukan hanya
ditentukan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut total. Air berpindah dari
larutan hipotonik ke hipertonik sekalipun larutan hipotoniknya memiliki lebih
banyak jenis zat terlarut. Air laut, yang memiliki zat terlarut yang sangat
beragam, molekul airnya akan bergerak ke larutan gula tunggal yang sangat
tinggi konsentrasinya, karena konsentrasi total zat terlarut air laut lebih
rendah. Jika dua larutan bersifat isotonik, air berpindah melintasi membran
yang memisahk larutan-larutan tersebut pada laju yang sama untuk kedua arah (kea
rah kanan maupun kiri) dengan kata lain, tidak terdapat selisih osmosis di
larutan-larutan isotonik. (Kimball,
1989).
Pada
osmosis terjadi aliran massa air bergerak lebih cepat melalui selaput membran
semipermeabel daripada difusi biasa. Dalam osmosis terdapat tiga jenis tekanan
yaitu :
1) Tekanan maksimal yang akibat proses osmosis dalam larutan yang terjadi
pada keadaan ideal yang disebut tekanan osmosis,
2) Tekanan turgor pada tumbuhan yang terjadi akibat proses gerakan air
yang masuk ke dalam secara osmosis dan potensial,
3) Tekanan osmosis yang merupakan pelaksanaan dari tekanan osmosis yang menekan ke segala arah.
Masuknya
molekul-molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, berkuranglah
tekanan osmosis dan bertambah tekanan turgor sedikit demi sedikψit. Jika
keadaan seimbang telah tercapai maka tekana osmosis sama dengan tekanan turgor
dan selisih kedua tekanan tersebut merupakan DTD (Wilkins, 1984).
Pada
tumbuhan, zat cair mengalir
melalui jaringan pembuluh sebagai aliran massa akibat selisih tekanan yang
mampu menimbulkan difusi. Pada umumnya air dan bahan yang larut di dalamnya,
masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa, melainkan satu persatu
molekul setiap kali. Pergerakan neto
dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak
termal dari molekul atau ion disebut difusi. Karena difusi zat cair yang
menempuh jarak makroskopik itu berlangsung lambat, dan aliran massa gas dan zat
cair sangatlah lazim, maka difusi bukanlah suatu kejadian yang mudah terlihat.
Di tingkat sel, difusi bermacam bahan, termasuk air, terjadi terus-menerus dan
dimana-mana. (Salisbury dan Ross, 1995).
Osmosis
adalah difusi melalui membran yang lazimnya lebih membatasi pergerakan unsur
terlarut daripada molekul pelarut. Membran sel memungkinkan terjadinya osmosis,
sel hidup dapat dianggap sebagai sistem osmotik. Untuk mencoba memahami
terjadinya osmosis melalui membran, ada tiga model hipotesa membran yang dikemukakan yaitu:
1) membran yang dapat melarutkan molekul yang melintas, lebih mudah untuk
molekul pelarut daripada partikel inlarut,
2) membran yang berupa uap yang hanya bahan menguap yang melintasi
pembatas uap tersebut,
3) membran berpori yang tipis dengan gradient potensial air yang sangat
tajam pada antar permukaan kedua zat cair.
Pergerakan
molekul menciptakan tegangan dalam air yang tertinggal dalam pori (Gardner,
1991 ).
Osmosis
sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang
menggambarkan kemapuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Potensial air
murni dinyatakan sebagai nol, yang satuannya dapat berupa satuan tekanan ( atm,
bar ) atau satuan energi. Potensial air akan negatif apabila potensial air di
dalam sistem lebih rendah daripada air murni. Sistem osmosis tetutup berbeda dengan sistem osmosis terbuka,
terutama pada cara penggunaan tekanan yang timbul pada larutan sebagai akibat
dari osmosis itu. Pada sistem terbuka tekanan digunakan dalam pembentukan
tekanan hidrostatik larutan sedangkan pada sistem tertutup digunakan dalam
pengembangan tekanan dinding ke dalam. Sistem osmosis tipe tertutup sangat
sejajar dengan yang ada pada sel tumbuhan hidup (Kimball, 1989).
Pada
tahun 1887, JN Van’t hoff menemukan hubungan empiris yang membantu perhitungan
potensial osmotik dari konsentrasi molar larutan. Ia merajahkan potensial
osmotik dari hasil pembacaan langsung pada osmometer sebagai fungsi dari
konsentrasi molal, maka diperoleh hubungan yang bentuknya seperti hukum untuk
gas sempurna. Dengan rumus sebagai berikut :
-ΨS
= M.I.R.T
Dimana : ΨS =
potensial osmotik
M = konsentrasi
larutan dinyatakan dalam molalitas
i = konstanta ion ( sukrosa 1 )
R = konstanta gas (
0,00831 )
T = suhu mutlak ( 303 K )
Metode
yang digunakan dalam mengukur potensial air adalah dengan jalan membuat tingkat
yang sama dari larutan dengan konsentrasi dan potensial osmosis yang diketahui.
Dalam metode ini bahan yang sering digunakan adalah sukrosa dan manitol (
Bidwell, 1979 ).
Ada beberapa metode dalam pengukuran
potensial air yaitu:
1) metode volume caranay berdasarkan perubahan dimensi
linear dari suatu jaringan jika ditaruh di dalam berbagai larutan dengan
potensial osmotik yang berbeda,
2) metode gravimetrik prinsipnya sama dengan metode
volume hanya pada metode ini digunakan ukuran berat,
3) metode chardakov prinsipnya bergantung pada adanya
perubahan kerapatan dari larutan penguji,
4) metode ruang tekan, metode ini digunakan untuk
mengukur tegangan air tumbuhan dan potensial air cabang berdaun ( Salisbury dan Ross, 1992 ).
1.2 Tujuan Pratikum
Tujuan praktikum mengenai air sebagai komponen tumbuhan yaitu untuk melihat peristiwa plasmolisis
dan deplasmolisis pada jaringan epidermis, menghitung tekanan osmosis cairan
sel, dan mengetahui cara mengukur potensial air dengan metode Chardakov.
II. PELAKSANAAN PRATIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum air sebagai komponen
tumbuhan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2011 pukul 13.30 wib.
2.2 Alat dan Bahan
Untuk percobaan peristiwa plasmolisis dan
deplasmolisis pada jaringan epidermis, digunakan alat-alat yaitu silet, objek
glass, cover glass, mikroskop, dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah larutan sukrosa 2 M dan daun Rhoe discolor.
Pada
percobaan kedua yaitu tekanan osmosis cairan sel, alat yang digunakan adalah
silet, 8 buah tabung reaksi, pinset, objek glass, cover
glass, dan mikroskop. Bahan yang digunakan adalah larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,24, 0,22, 0,20, 0,18, 0,16, 0,14, 0,12, 0,10 M,
serta daun Rhoe discolor yang masih
segar.
Pada
percobaan mengukur potensial air dengan metode Chardakov, alat yang digunakan
adalah 6 buah pipet berkapasitas 10 mL, 6 buah tabung reaksi, alat pengebor
gabus, 6 buah syringe, pipet tetes, silet, objek glass, cover glass, larutan sukrosa 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, 0,5,
dan 0,6 M, mikroskop, dan umbi Pachyrhizus erosus.
2.3
Cara Kerja
2.3.1
Plasmolisis dan Deplasmolisis pada Jaringan Epidermis
Daun Rhoe discolor
diiris tipis dibagian permukaan bawah. Dengan menggunakan silet yang
tajam, dibuat irisan membujur yang sangat tipis sejajar dengan epidermis
berkuran 1-3 cm2. Irisan tersebut diletakkan di atas objek glass dan
ditetesi air sebanyak 2-3 tetes. Kemudian ditutup dengan cover glass. Setelah
itu amati di bawah mikroskop. Diamati sel-sel yang berwarna didekat tepi irisan
yang berpigmen dan tidak berpigmen, adanya nucleus, dan partikel subsel
lainnya. setelah itu ditambahkan 2-3 tetes larutan NaCl 1 M diantara gelas
preparat dan kaca penutup melalui salah satu sisinya. Air yang berlebihan di
serap kertas tissue di tepi kaca penutup yang berlawanan. Penambahan larutan
tersebut terus dilakukan. Amati penurunan volume protoplas dan perhatikan
benang-bengan sitoplasmik tidak berpigmen tetap melekat pada dinding sel.
Kemudian digambarkan 2 sel yang terplasmolisis dan tidak terplasmolisis.
Setelah selesai diamati, teteskan air ked ala kaca objek tadi, dan hisaplah
larutan NaCl tadi dengan tissue, Amati peristiwa deplasmolisis, dan dicata
waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses tersebut.
2.3.2 Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel
Disiapkan 8 buah tabung reaksi dan
masing-masingnya diisi dengan larutan sukrosa atau glukosa kedalam tabung
kira-kira sepertiga bagian, masing-masing dengan konsentrasi 0,10 M, 0,12 M, 0,14 M, 0,16 M, 0,18 M,
0,20 M, 0,22 M, 0,24 M. Diambil sayatan tipis epidermis daun Rhoe discolor. Periksa dibawah mikroskop
apakah cukup representative. Rendam sayatan epidermis tadi didalam
masing-masing tabung reaksi dengan konsentrasi yang berbeda. Hitung waktu mulai
perendaman. Biarkan rendaman selama 30 menit. Setelah 30 menit, ambil keluarkan
sayatan epidermis dalam rendaman tadi, dan amati lagoi di bawah mikroskop.
Perhatikan sel-sel yang mengalami osmosis. Dicari konsentrasi sukrosa dimana 50
% dari jumlah sel epidermis tadi telah terplasmolisis. Keadaan demikian
dinamakan Insipien Plasmolisis dimana sel memiliki potensial osmotik sama
dengan potensial osmotik larutan yang digunakan. Dihitung potensial osmotik sel
pada insipien plasmolisis.
2.3.3 Mengukur Potensial Air Jaringan Dengan
Metode Chardakov
Diisi tabung
reaksi dengan larutan sukrosa yang disediakan sebanyak 6 buah dengan
masing-masing konsentrasinya 0,1 M, 0,2 M, 0,3 M, 0,4 M, 0,5 M, 0,6 M. dibuat
potongan umbi talas dengan pengebor gabus sepanjang 2 cm sebanyak 6 buah.
Masing-masing potongan gabus tadi dipotong lagi sebanyak 10 buah. Dan kesepuluh
buah tersebut dimasukkan kedalam satu tabung reaksi dimulai dengan tabung
reaksi yang berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi rendah. Setelah kesemua
tabung dimasukkan umbi, tutup botol tersebut dengan aluminium foil. Biarkan
rendaman selama 80 menit, dan setiap 20 menit sekali di goyang-goyang. Setelah
80 menit, kelurkan umbi tadi dari masing-masing tabung. Dibiarkan airnya. Air inilah
yang akan diberi tetesan larutan penguji yaitu metilen blue. Diamati pada
konsentrasi berapa larutan penguji dalam keadaan terapung, melayang, dan
tenggelam. Tentukan potensial osmotik sel pada suhu 200 C.
Bandingkan nilai potensial air jaringan yang diperoleh dengan kelompok
lain.
2.4 Parameter Pengamtan
Pada pratikum air sebagai komponen tumbuhan yang
menjadi parameternya adalah hasil dari setiap kelompok yang dibandingkan dengan
kelompok lain dan buku penuntun.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Plasmolisis dan Deplasmolisis pada
Jaringan Epidermis
Pada percobaan mengenai peristiwa
plasmolisis dan deplasmolisis di dapatkan hasil bahwa pada saat sayatan
epidermis ungu Rhoe discolor ditetesi sukrosa atau
NaCl 1 M, terjadi plasmolisis terhadap sel dibuktikan dengan ciri-ciri membran
sel mengkerut, sedangkan sel yang tidak berwarna tidak terjadi plasmolisis,
membran selnya tetap utuh. Setelah ditetesi kembali dengan air beberapa tetes,
keadaan sel yang mengkerut tadi kembali normal atau mengalami deplasmolisis.
3.1.2 Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel
Dari paraktikum
yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Ψ = M x I x R x T
Dimana :
M :
Molaritas larutan
I :
Konsentrasi ionisasi (sukrosa = 1)
R :
Konsentrasi gas (0,0831 bar/mol Ko)
T :
Suhu (Co + 273 = K)
Maka perhitungan insipient
plasmolisis pada daun Rhoe discolor,
yaitu :
1. 0,10 M
-Ψs = M x
I x R x T
=
0,10 x 1 x 0,0831
bar/moloK x 300 oK
=
2, 493 bar
Ψs = -2,493 bar
2. 0,12 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,1 2 x 1 x 0,0831
bar/moloK x 300 oK
=
2, 99 bar
Ψs = -2, 99 bar
3.0,14 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,14 x 1 x 0,0831
bar/moloK x 300 oK
= 3,490 bar
Ψs = -3,490 bar
4.0,16 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,16 x 1 x 0,0831 bar/moloK
x 300 oK
=
3, 988 bar
Ψs = -3, 988 bar
5.0,18 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,18 x 1 x 0,0831
bar/moloK x 300 oK
= 4,487 bar
Ψs = -4,487 bar
6.0,20 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,20 x 1 x 0,0831
bar/moloK x 300 oK
=
4, 986bar
Ψs = -4, 986 bar
7.0,22 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,22x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
=
5, 484 bar
Ψs = -5, 484 bar
8.0,24 M
-Ψs = M
x I x R x T
=
0,24x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
=
5, 983 bar
Ψs = -5, 983 bar
3.1.3 Mengukur Potensial Air Jaringan Dengan
Metode Chardakov
Dari
praktikum didapatkan hasil bahwa dari keenam tabung reaksi yang berisi larutan
sukrosa dengan konsentrasi 0,1
M, 0,2 M, 0,3 M, 0,4 M, 0,5 M, 0,6 M. Pada tabung 1 yang
konsentrasinya 0,1 m
menyebabkan larutan penguji (metilen blue) melayang dengan lambat sedangkan 0,6 menyebabkan metilen
blue melayang dengan cepat. Dan metilen blue pada tabung lainnya jatuh
ke dasar bahkan ada yang memantul.
Ψ = M x I x R x T
Dimana :
M :
Molaritas larutan
I :
Konsentrasi ionisasi (sukrosa = 1)
R :
Konsentrasi gas (0,0831 bar/mol Ko)
T :
Suhu (Co + 273 = K)
Perhitungannya :
0,1 M = -Ψs = M x I
x R x T
= 0,1 x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
Ψs =
2,493 bar
0,2 M = -Ψs = M x I
x R x T
= 0,2 x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
Ψs =
4,986 bar
0,3 M = -Ψs = M x I
x R x T
= 0,3 x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
Ψs =
7,479 bar
0,4 M = -Ψs = M x I
x R x T
= 0,4 x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
Ψs =
9,972 bar
0,5 M = -Ψs = M x I
x R x T
= 0,5 x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
Ψs =
12,465 bar
0,6 M = -Ψs = M x I
x R x T
= 0,6 x 1 x 0,0831 bar/moloK x 300 oK
Ψs =
14, 958 bar
3.2 Pembahasan
3.2.1
Plasmolisis dan Deplasmolisis pada Jaringan Epidermis
Pada pratikum ini digunakan daun Rhoe discolor karena sitoplasnya
memiliki warna dan dapat diamati dibawah mikroskop. . Pada pengamatan awal, sel belum terplasmolisis.
Setelah diberi larutan sukrosa, barulah sel terplasmolisis. Dinding selnya
berkerut dan terlihat batasan antara membran sel dengan dinding sel. Larutan
sukrosa dapat menyebabkan sel terplasmolisis karena potensial air pada sel
lebih tinggi daripada di luar sel, sehingga cairan di dalam sel berdifusi ke
luar sel. Akibatnya, terjadi penurunan volume sel dan sel dinding sel tampaknya
berkerut.
Menurut Salisbury dan Ross (1995),
Terlepasnya protoplas dari dinding sel disebabkan oleh penyusutan atau
pengurangan volume, karena cairan di dalam protoplas sudah menjadi lebih pekat
dan karenanya berpotensial osmotik lebih negatif.
Sebagai akibat dari aliran air ke
luar, vakuola tengah akan mengerut dan protolasma serta membran dinding sel
yang menempel juga akan mengerut bersama vakuola itu. Jika penurunan volume
vakuola itu besar sekali, protoplasma akan terlepas dari dinding sel. Waktu
mengerut itulah protoplasma akan mengalami serangkaian bentuk tidak beraturan,
akhirnya berbentuk bulat yang dianggap terpengaruh oleh gaya permukaan (Suwirmen, 2011).
Sebuah sel yang protoplasmanya memperlihatkan
suatu derajat pengerutan dinding sel disebut sedang berplasmolisis. Inilah yang
terjadi pada sel epidermis berwarna ungu pada bawang merah, dimana setelah
ditetesi dengan NaCl 1 M, tidak lama kemudian ketika dilihat dibawah permukaan
mikroskop, terlihat cairan ungu semakin habis karena terjadinya perpindahan air
dari dalam sel ( hipotonik ) ke larutan NaCl 1 M ( hipertonik ), akibatnya sel
mengerut dan protoplasma terlepas dari dinding sel.
Ada tingkatan-tingkatan plasmolisis, dari
plasmolisis insipien yang pengerutannya hanya dapat dideteksi dari satu atau
beberapa buah titik sekitar sel, sampai plasmolisis sempurna yang
protoplasmanya telah seluruhnya terlepas dari dinding sel. Ini terbukti pada
konsentrasi sukrosa 0.22-0.26 M pada percobaan, dimana seluruh cairan selnya
terplasmolisis. Dari apa yang dicobakan
jelaslah bahwa penyebab langsung plasmolisis adalah adanya larutan luar yang
lebih pekat daripada cairan vakuola sel.
Setelah sukrosa diserap dari
cover glass dan sel diberi air, sel kembali mengembang. Cairan di luar sel
masuk ke dalam sel sehingga terjadi penambahan volume sel. Jadi cairan di dalam
protoplas sudah menjadi lebih encer. Kejadian ini disebut dengan deplasmolisis.
Waktu yang dibutuhkan sel ini untuk deplasmolisis.
3.2.2 Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel
Pada percobaan kali ini, data yang kami dapatkan
tidak ada yang berada pada keadaan insipien plasmolisis dengan persentase 50%.
Rata-rata berada pada keadaan diatas insipien plasmolisis, dengan konsentrasi
rata-rata 91%. Para ahli
fisiologi tumbuhan menganggap bahwa plasmolisis insipien terjadi pada jaringan
yang separuh jumlah selnya baru saja mulai mengalami plasmolisis (protoplas
baru mulai terlepas dari dinding sel), berarti tekanan di dalamnya sama dengan
nol. Jika anggapan itu benar, maka potensial osmotik larutan penyebab
plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel, sesudah
kesetimbangan dengan larutan tercapai. (Salisbury dan Ross, 1995).
Dari hasil percobaan di atas,
praktikan tidak mendapatkan keadaan yang demikian, artinya potensial osmotik di
dalam sel dan di luar sel tidak tercapai kesetimbangan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Rhoe
discolor dalam menyerap larutan
sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda. Karena disebabkan oleh larutan luar
yang lebih pekat dari pada cairan vakuola didalam sel tersebut.
Terjadinya osmosis pada
epidermis daun Rhoe discolor karena
adanya perbedaan konsentrasi antara cairan sel dengan larutan sukrosa dimana
potensial air di dalam sel lebih tinggi dibandingkan potensial air yang ada
pada larutan. Akibatnya air akan mengalir dari potensial yang tinggi ke
potensial yang lebih rendah melalui membran semipermeabel yang hanya melalukan
air dan menghambat lewatnya zat terlarut.
Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan
juga tekanan
turgor, menyebabkan sel
tumbuhan lemah. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran. Akhirnya runtuhnya seluruh dinding sel dapat terjadi. Tidak ada
mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat
dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik (Anonimous, 2011).
Tidak tercapainya sel pada
keadaan insipien plasmolisis dengan tepat ini bisa saja disebabkan karena pada waktu pelaksanaan percobaan, praktikan melakukan
prosedur yang salah. Praktikan tidak menghitung jumlah sel terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam larutan sukrosa. Setelah diberitahu asisten,
jaringan yang telah dimasukkan ke dalam larutan sukrosa diangkat kembali dan
dilihat di bawah mikroskop, barulah disini sel dihitung. Selain itu, pada waktu
memasukkan jaringan, waktunya tidak bersamaan. Pada konsentrasi larutan sukrosa
0,24 M jaringan dimasukkan terlebih dahulu tanpa menunggu jaringan lain.
Jaringan ini tidak diambil kembali karena waktu yang digunakan terbatas.
3.2.3 Mengukur Potensial Air Jaringan Dengan Metode Chardakov
Dari hasil percobaan menggunakan metode perendaman, didapatkan bahwa dari
keenam tabung hasil rendaman umbi, hanya ada dua tabung yang larutan pengujinya melayang, yaitu rendaman tabung
dengan konsentrasi 0.1 M dan 0,6 M. Tetapi pada 0,1 M waktu melayangnya
berlangsung lambat, sedangkan pada 0,6 M waktu melayangnya sangat cepat.
Pada titik inilah tedapat keseimbangan antara potensial air jaringan dengan
potensial air larutan dengan nilai -2, 493 bar. Dalam pengujian dengan larutan
pengetes ada tiga kemungkinan yang akan terjadi pada larutan pengetes yaitu,
terapung atau dipantulkan, melayang, terbenam atau jatuh ke dasar. Terapung
apabila jaringan menyerap air dalam larutan sehingga larutan bertambah encer
dari jaringan, dikatakan melayang apabila tidak terjadi perubahan selama
perendaman artinya potensial air larutan sama dengan potensial air jaringan yang
berarti pula jaringan dalam keadaan seimbang. Dan apabila tenggelam atau jatuh
ke dasar berarti jaringan mengeluarkan air ke larutan, larutan lebih pekat dari
jaringan
Prinsip metode ini bergantung pada adanya perubahan kerapatan (density)
dari larutan penguji. Jika dalam periode perendaman air bergerak keluar dari
jaringan maka terjadi penurunan kerapatan dari larutan penguji (larutan
bertambah encer), sebaliknya bila air masuk kedalam jaringan, larutan penguji
bertambah pekat (density meningkat). Bila selama perendaman air tidak masuk
atau tidak keluar dari jaringan maka kerapatan kelarutan tidak mengalami
perubahan (Suwirmen, 2011).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
a. Plasmolisis adalah lepasnya
protoplasma dari dinding sel karena perbedaan konsentrasi.
b. Plasmolisis adalah dampak dari
osmosis.
c. Sel akan mengalami
plasmolisis jika diletakkan pada larutan yang hipertonik (sukrosa) karena
cairan sel akan berdifusi ke luar sel. Sel akan kehilangan air sehingga dinding
sel berkerut.
d. Sel
akan kembalai ke bentuk semula jika di tempatkan pada larutan hipotonik (air). Karena air akan masuk ke dalam sel dan
mengakibatkan sel kembali ke bentuk semula.
e. Sel yang mengalami potensial air selnya sama
dengan potensial air murni jika larutan pengetes yang di jatuhkan pada larutan
sisa tidak naik ke permukaan atau jatuh ke dasar melainkan melayang.
4.2 Saran
Sebelum
praktikum hendaknya semua praktikan memahami apa yang akan dipraktikumkan.
Semua peserta dalam kelompok harus bekerja sesuai prosedur. Hati-hati dalam
mereaksikan larutan. Diharapkan semua praktikan cermat dan teliti dalam
percobaan dan harus disiplin dalam waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar