Minggu, 12 Mei 2013

STRUKTUR EMBRIONIK DAN PLASENTA



PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pepper pratikum ini merupakan pegangan dan petunjuk bagi mahasiswa untuk melaksanakan pratikum. Karena dengan adanya pepper pratikum ini mahasiswa mesti mencari bahan berdasarkan judul pratikum setiap minggu. Sehingga mahasiswa dapat belajar dan mengetahui apa saja yang akan dipratikumkan sesuai objek yang berdasarkan jurnal.

Hewan yang akan diperiksa dan diamati adalah hewan vertebrata yang mewakili setiap spesies mulai dari proses sampai dengan mamalia. Adapun objek pratikum minggu ini adalah “SELAPUT EXTRA DAN PLASENTA”.

Pada pratikum ini kami mesti dapat mengamati variasi struktur dari katak, serta membina kemampuan untuk menafsirkan apa saja yang tampak antara struktur khasnya.
1.2  TUJUAN
Untuk mengetahui berbagai macam lapisan-lapisan selaput extra dan plasenta
1.3  TINJAUAN PUSTAKA
Embrio reptil, burung, dan mamalia menghasilkan 4 selaput extra embrionik, yaitu :
-          Amnion
-          Kantung kuning (yolk)
-          Chorion
-          Allantois
Membran extra embrionik adalah struktur membran yang muncul secara paralel dengan embrio dan memainkan peranan penting dalam perkembangan embrio. Mereka terbentuk dari embrio tetapi tidak menjadi bagian dari organisme individu setelah kelahirannya (Yatim, 1994).
Membran extra embrionik yang mungkin ada dalam vertebrata adalah kantung kuning telur, amnion, chorion, allantois dan plasenta. Kehadiran setiap membran embrionik bervariasi dengan kelas vertebrata. Dalam ikan dan amfhibia hanya yolk sac yang hadir. Dalam reptil dan burung selain ada yolk sac tetapi juga ada amnion, chorion dan allantois. Dalam mamalia plasenta selain semua membran plasenta juga hadir (Djuhanda, 1981).
Dalam kebanyakan burung dan reptil, embrio dengan selaput extra embrionik yang berkembang dalam telur dikupas. Adapun fungsi dari selaput extra embrionik adalah perlindungan nutrisi, respirasi dan eksresi didalam embrio (Djarubito, 1990).
The yolk sac dibentuk dari vitellus oleh beberapa yang berasal dari usus primitif. Menyimpan kantong telur vitellus, sumber makanan utama embrio non-plasenta. Kuningnya adalah campuran protein dan lipoprotein (Machmudin, 2008).
Dalam proses pembangunan, chorion menjadi terluar dan amnion yang terdalam, membran yang mengelilingi embrio berkembang. Sebagian allantois meningkat dalam beberapa ukuran, mengembang dan menjadi terkait erat, jika tidak menyatu dengan chorion. Kedua membran bersama yang dikenal sebagai chorioallantoic membran (Shearer, 2008).
Rongga ketuban dimana embrio tertutup menjadi diisi dengan air atau cairan yang memberikan osmotik fisik perlindungan dan embrio selama sisa keberadaan janin tersebut. Serat otot smooth di amnion secara spontan kontrak dan kocok perlahan embrio sebelum mengembangkan kapasitas untuk gerakan spontan (Djuhanda, 1981).
Sebagian disimpan nutrisinyadaari kantung kuning selama perkembangan, lalu kantong kuning bertahap berkurang dalam ukuran dan akhirnya dimasukkan ke dalam midgut embrio. Kantung kuning telur non yolk dari plasenta mamalia adalah sisa. Hal ini evolusi tapi pada dasarnya tidak memiliki arti fungsionalnya (Yatim, 1994).
Pada saat kelahiran atau penetasan, embrio menjadi benar-benar terpisah dari amnion dn chorion dan dari bagian utama dari allantois (Djarubito, 1990).
Adapun secara fungsi, macam-macam selaput extra embrionik, yaitu :
1.      Amnion
Adalah selaput yang meliputi embrio. Amnionnya juga merupakan adaptasi untuk mengeringkan tanah karena salah satu fungsinya adalah untuk mencegah pengeringan embrio. Serta melindungi embrio didalam kantung yang berisi cairan ketuban.
2.      The Yolk Sac
Berisi telur yang satu-satunya sumber makanan sampai menetas. Kuningnya adalah campuran protein dan lipoprotein.
3.      Chorion
Adalah membran yang mencakup amnion, kantung kuning telur dan allantois, serta berpartisipasi dalam pertukaran udara.
4.      Allantois
Adalah limbah metabolisme embrio dan seiring dengan pertumbuhan yang lebih besar, juga berpartisipasi dalam pertukaran gas (Shearer, 2008).
     Allantois merupakan adaptasi lahan kering karena dalam embrio makhluk terestrial yang menelur, seperti reptil dan burung, residu metabolisme tidak dapat langsung dikeluarkan untuk mengelilingi perairan. Hal ini kemudian untuk munculnya struktur yang mampu menyimpan excretes embrio sampai menetas (Yatim, 1994).
PELAKSANAAN PRATIKUM

2.1 WAKTU & TEMPAT
Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di labor Perkembangan Hewan pada jam 14:00 siang pada tanggal 23 Desember 2010.
2.2 Alat & Bahan
Telur ayam kampung dan telur puyuh yang sudah diinkubasi, petridis, jarum pencacah, larutan Nacl 0,9 %, testube, pipet tetes.
2.3 CARA KERJA
       Telur yang telah diinkubasi dikeluarkan dari tempat inkubasi. Lalu berdasarkan jam inkubasi yang paling rendah yaitu yang 24 jam. Di retakkan cangkang telur yang dibawah dengan diameter yang paling kecil, lalu setelah bolong letakkan diatas petridis retakkan pula cangkang yang diatas buka perlahan-lahan supaya tidak menyenggol embrio. Setelah terbuka tuangkan embrio perlahan-lahan ke dalam petridis. Embrio yang telah di letak di atas petridis diberi larutan Nacl 0,9% aduk rata sehingga yolk berpisah dengan embrio. Lalu dengan menggunakan pipet tetes disedot yolk yang sudah terpisah untuk dibuang sehingga yang tersisa hanya embrio saja. Di beri kertas dipinggiran petridis untuk menghisap sisa yolk yang melekat. Setelah benar-benar bersih hanya tinggal embrio saja, baru diamati.


HASIL & PEMBAHASAN

Pada telur puyuh
 

Pada telur inkubasi 24 jam belum dibuahi sehingga pada telur tersebut belum ada nampak perubahan apapun yang terjadi. Pada yang 48 jam sudah ada terbentuk jantung, caput. Serta pada telur 48 jam untuk memisahkan yolk dengan embrio harus menggunakan Nacl 0,9% sehingga yolk terpisah dengan embrio. Pada telur 72 jam sudah terbentuk jantung, caput, opticus, tunas ekor dan pembuluh darah. Tipe telur unggas ini adalah neroblastik.

Pada telur ayam kampung
24 jam          48 jam                          72 jam







     Pada telur 24 jam sudah dibuahi dan sudah terbentuk zona pelucida, zona vesicle, embrio dan dan yolk. Sedangkan pada 48 jam untuk memisahkan embrio dengan yolk menggunakan Nacl 0,9%. Karena Nacl 0,9 berfungsi untuk larutan fisiologis dan untuk memisahkan embrio dengan yolk. Pada 48 jam sudah mulai terbentuk caput, jantung. Pada 72 jam untuk memisahkan embrio juga meggunakan Nacl 0,9 %. Sehingga terlihat pada embrio sudah terdapat caput, jantung, opticus, pembuluh darah (seperti anterior vitelin vein, lateral vitelin vein, marginal vein, arteri, posterior vitelin vein) dan tunas ekor.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
- Embrio reptil, burung dan mamalia menghasilkan 4 selaput extra
- Pada reptil dan burung selaput extra embrionik yang berkembang dalam telur akan dikupas
- Ikan dan amfhibia hanya terdapat yolk sac, pada reptil dan burung selain ada yolk sac tetapi juga amnion, chorion dan allantois, sedangkan pada mamalia ditambah dengan kehadiran plasenta
4.2 Saran
Laporan pratikum ini saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini untuk itu saya minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan saran dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan ini sarat dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Djarubito, Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga LP4 : Jakarta
Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico : Bandung
Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Bandung : Biologi FMIPA UPI
Shearer, J.K. 2008. Anatomi dan Psikologi Reproduksi. Florida : Universitas Andalas
Yatim, Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito : Bandung









Tidak ada komentar:

Posting Komentar