PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pepper pratikum ini
merupakan pegangan dan petunjuk bagi mahasiswa untuk melaksanakan pratikum.
Karena dengan adanya pepper pratikum ini mahasiswa mesti mencari bahan
berdasarkan judul pratikum setiap minggu. Sehingga mahasiswa dapat belajar dan
mengetahui apa saja yang akan dipratikumkan sesuai objek yang berdasarkan jurnal.
Hewan yang akan
diperiksa dan diamati adalah hewan vertebrata yang mewakili setiap spesies
mulai dari proses sampai dengan mamalia. Adapun objek pratikum minggu ini
adalah “SELAPUT EXTRA DAN PLASENTA”.
Pada pratikum ini kami
mesti dapat mengamati variasi struktur dari katak, serta membina kemampuan
untuk menafsirkan apa saja yang tampak antara struktur khasnya.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui
berbagai macam lapisan-lapisan selaput extra dan plasenta
1.3 TINJAUAN
PUSTAKA
Embrio reptil, burung,
dan mamalia menghasilkan 4 selaput extra embrionik, yaitu :
-
Amnion
-
Kantung kuning (yolk)
-
Chorion
-
Allantois
Membran
extra embrionik adalah struktur membran yang muncul secara paralel dengan
embrio dan memainkan peranan penting dalam perkembangan embrio. Mereka
terbentuk dari embrio tetapi tidak menjadi bagian dari organisme individu
setelah kelahirannya (Yatim, 1994).
Membran
extra embrionik yang mungkin ada dalam vertebrata adalah kantung kuning telur,
amnion, chorion, allantois dan plasenta. Kehadiran setiap membran embrionik
bervariasi dengan kelas vertebrata. Dalam ikan dan amfhibia hanya yolk sac yang
hadir. Dalam reptil dan burung selain ada yolk sac tetapi juga ada amnion,
chorion dan allantois. Dalam mamalia plasenta selain semua membran plasenta
juga hadir (Djuhanda, 1981).
Dalam
kebanyakan burung dan reptil, embrio dengan selaput extra embrionik yang
berkembang dalam telur dikupas. Adapun fungsi dari selaput extra embrionik
adalah perlindungan nutrisi, respirasi dan eksresi didalam embrio (Djarubito,
1990).
The
yolk sac dibentuk dari vitellus oleh beberapa yang berasal dari usus primitif.
Menyimpan kantong telur vitellus, sumber makanan utama embrio non-plasenta.
Kuningnya adalah campuran protein dan lipoprotein (Machmudin, 2008).
Dalam
proses pembangunan, chorion menjadi terluar dan amnion yang terdalam, membran
yang mengelilingi embrio berkembang. Sebagian allantois meningkat dalam
beberapa ukuran, mengembang dan menjadi terkait erat, jika tidak menyatu dengan
chorion. Kedua membran bersama yang dikenal sebagai chorioallantoic membran
(Shearer, 2008).
Rongga
ketuban dimana embrio tertutup menjadi diisi dengan air atau cairan yang
memberikan osmotik fisik perlindungan dan embrio selama sisa keberadaan janin
tersebut. Serat otot smooth di amnion secara spontan kontrak dan kocok perlahan
embrio sebelum mengembangkan kapasitas untuk gerakan spontan (Djuhanda, 1981).
Sebagian
disimpan nutrisinyadaari kantung kuning selama perkembangan, lalu kantong
kuning bertahap berkurang dalam ukuran dan akhirnya dimasukkan ke dalam midgut
embrio. Kantung kuning telur non yolk dari plasenta mamalia adalah sisa. Hal
ini evolusi tapi pada dasarnya tidak memiliki arti fungsionalnya (Yatim, 1994).
Pada
saat kelahiran atau penetasan, embrio menjadi benar-benar terpisah dari amnion
dn chorion dan dari bagian utama dari allantois (Djarubito, 1990).
Adapun
secara fungsi, macam-macam selaput extra embrionik, yaitu :
1. Amnion
Adalah
selaput yang meliputi embrio. Amnionnya juga merupakan adaptasi untuk
mengeringkan tanah karena salah satu fungsinya adalah untuk mencegah
pengeringan embrio. Serta melindungi embrio didalam kantung yang berisi cairan
ketuban.
2. The
Yolk Sac
Berisi
telur yang satu-satunya sumber makanan sampai menetas. Kuningnya adalah
campuran protein dan lipoprotein.
3. Chorion
Adalah
membran yang mencakup amnion, kantung kuning telur dan allantois, serta
berpartisipasi dalam pertukaran udara.
4. Allantois
Adalah
limbah metabolisme embrio dan seiring dengan pertumbuhan yang lebih besar, juga
berpartisipasi dalam pertukaran gas (Shearer, 2008).
Allantois merupakan adaptasi lahan kering karena dalam embrio
makhluk terestrial yang menelur, seperti reptil dan burung, residu metabolisme
tidak dapat langsung dikeluarkan untuk mengelilingi perairan. Hal ini kemudian
untuk munculnya struktur yang mampu menyimpan excretes embrio sampai menetas
(Yatim, 1994).
PELAKSANAAN
PRATIKUM
2.1 WAKTU &
TEMPAT
Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di
labor Perkembangan Hewan pada jam 14:00 siang pada tanggal 23 Desember
2010.
2.2
Alat & Bahan
Telur ayam kampung dan telur puyuh yang
sudah diinkubasi, petridis, jarum pencacah, larutan Nacl 0,9 %, testube, pipet
tetes.
2.3
CARA KERJA
Telur yang telah diinkubasi dikeluarkan dari tempat inkubasi.
Lalu berdasarkan jam inkubasi yang paling rendah yaitu yang 24 jam. Di retakkan
cangkang telur yang dibawah dengan diameter yang paling kecil, lalu setelah
bolong letakkan diatas petridis retakkan pula cangkang yang diatas buka
perlahan-lahan supaya tidak menyenggol embrio. Setelah terbuka tuangkan embrio
perlahan-lahan ke dalam petridis. Embrio yang telah di letak di atas petridis
diberi larutan Nacl 0,9% aduk rata sehingga yolk berpisah dengan embrio. Lalu
dengan menggunakan pipet tetes disedot yolk yang sudah terpisah untuk dibuang
sehingga yang tersisa hanya embrio saja. Di beri kertas dipinggiran petridis
untuk menghisap sisa yolk yang melekat. Setelah benar-benar bersih hanya
tinggal embrio saja, baru diamati.
HASIL
& PEMBAHASAN
Pada telur puyuh
Pada telur inkubasi 24 jam belum dibuahi
sehingga pada telur tersebut belum ada nampak perubahan apapun yang terjadi.
Pada yang 48 jam sudah ada terbentuk jantung, caput. Serta pada telur 48 jam
untuk memisahkan yolk dengan embrio harus menggunakan Nacl 0,9% sehingga yolk
terpisah dengan embrio. Pada telur 72 jam sudah terbentuk jantung, caput,
opticus, tunas ekor dan pembuluh darah. Tipe telur unggas ini adalah
neroblastik.
Pada telur ayam kampung
24 jam 48 jam 72 jam |
Pada telur 24 jam sudah dibuahi dan
sudah terbentuk zona pelucida, zona vesicle, embrio dan dan yolk. Sedangkan
pada 48 jam untuk memisahkan embrio dengan yolk menggunakan Nacl 0,9%. Karena
Nacl 0,9 berfungsi untuk larutan fisiologis dan untuk memisahkan embrio dengan
yolk. Pada 48 jam sudah mulai terbentuk caput, jantung. Pada 72 jam untuk
memisahkan embrio juga meggunakan Nacl 0,9 %. Sehingga terlihat pada embrio
sudah terdapat caput, jantung, opticus, pembuluh darah (seperti anterior
vitelin vein, lateral vitelin vein, marginal vein, arteri, posterior vitelin
vein) dan tunas ekor.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari
hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
-
Embrio reptil, burung dan mamalia menghasilkan 4 selaput extra
- Pada reptil dan burung selaput
extra embrionik yang berkembang dalam telur akan dikupas
- Ikan dan amfhibia hanya terdapat
yolk sac, pada reptil dan burung selain ada yolk sac tetapi juga amnion,
chorion dan allantois, sedangkan pada mamalia ditambah dengan kehadiran
plasenta
4.2 Saran
Laporan pratikum
ini saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini untuk itu
saya minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan
saran dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan
ini sarat dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito,
Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar.
Erlangga LP4 : Jakarta
Djuhanda,
Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan.
Armico : Bandung
Machmudin,
Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan.
Bandung : Biologi FMIPA UPI
Shearer,
J.K. 2008. Anatomi dan Psikologi
Reproduksi. Florida : Universitas Andalas
Yatim,
Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito :
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar