Minggu, 12 Mei 2013

GAMETOGENESIS



BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang
Pepper pratikum Perkembangan Hewan II ini merupakan pegangan dan petunjuk bagi kami (mahasiswa) untuk dapat melaksanakan pratikum. Karena pepper ini berisi materi-materi yang akan di pratikumkan dengan syarat setiap mahasiswa wajib membuat pepper. Dengan adanya pepper ini membantu kami (para mahasiswa) untuk belajar sebelum pratikum.

Materi yang akan dipelajari pada pratikum ini adalah “Gametogenesis” pada hewan Vertebrata yaitu pada Amfhibia. Gametogenesis memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia, tidak hanya hewan dan tumbuhan. Karena gametogenesis membahas tentang bagaimana terbentuknya sel sperma dan ovum yang berperan pada pembentukan individu setelah fertilisasi.

Gametogenesis juga membahas sel-sel apa saja yang berperan dalam pembentukan sperma dan ovum pada Hewan Vertebrata khususnya pada Amfhibia. Serta hal-hal apa saja yang kemungkinan akan menjadi faktor penghambat pada pembentukan sel sperma dan ovum. Serta kelainan yang akan muncul pada sel sperma dan ovum. Sehingga materi tentang gametogenesis ini sangat banyak dan luas.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui morfologi dan anatomi gametogenesis pada katak(amfhibia)
- Untuk mengetahui terbentuknya sel sperma dan ovum pada katak
- Untuk mengetahui sel-sel yang berperan dalam pembentukan gametogenesis katak

1.3 Tinjauan Pustaka
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin atau sering juga disebut proses diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa. Trgantung dari siklus hidup biologis organismenya. Gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen haploid. (Brotowidjoyo, 1990)
Gametogenesis meliputi spermatogenesis dan oogenesis. Spermtogenesis merupakan sel kelamin jantan (inti sel sperma) sedangkan oogenesis merupakan pembentukan sel kelamin betina (inti sel telur). Gametogenesis melibatkan proses pembelahan sel mitosis dan meiosis. ( Wildan, 1976)
Sel kelamin berasal dari bakal sel kelamin atau primordial germ cells (PGCs). PGC pada berbagai jenis hewan dijumpai pada daerah-daerah tertentu dari embrio. PGC dapat dibedakan dari jenis sel embrio lainnya berdasarkan pengamatan bentuk morfologinya atau dengan melakukan pewarnaan secara histokimia. (Siti, 1982)
PGC umunya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan sel yang ada disekitarnya, sitoplasmanya jernih, perbandingan nukleositoplasanya rendah, membran inti jelas dan pada mamalia mengandung glikogen dengan kadar yang cukup tinggi. (Brotowidjoyo, 1990)
PGC kemudian bermigrasi menuju pematang genital atau bakal gonad. Di dalam bakal gonad, PGC akan merangsang dan mengarahkan differensiasi gonad sesuai dengan tipe kromosom yang dikandungnya, yaitu XX atau XY. Adanya kromosom Y maka bakal gonad akan berkembang menjadi testis. Tidak adanya bakal kromosom Y maka bakal gonad akan berkembang menjadi ovarium. (Siti, 1982)
Menurut Johnson dan Zueriit (1989). Hal ini berlaku bagi hewan dimana jantannya adalah heterogenetik (mamalia, kebanyakan katak, beberapa jenis ikan daninsekta diptera). (Tatang, 1981)
Menurut Turner dan Bagnara (1988). Beberapa jenis hewan memiliki betina dengan sifat heterogenetik misalnya pada aves, reptil, salamander, beberapa jenis ikan dan insekta. Genotip ZZ adalah jantan dan ZW adalah betina. (Wildan, 1976)
Dahulu ada pendapat bahwa PGC berasal dari epitel peritonium yang meliputi gonad. Mula-mula pematang genital berisi dua macam sel yaitu sel-sel yang besar dan sel-sel yang kecil. Pada saat pematang genital membentuk pita-pita seks, maka sel yang besar berdiferensiasi dan kemudian berdegenerasi. Sementara itu sel-sel yang kecil berpoliferasi da berdifferensiasi dan diantaranya membentuk sel kelamin. Anggapan keliru. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui percobaanpada Xenophus. Bila pada Xenophus stadium neurula PGC-nya dibuang, maka ia menjadi steril. Akan tetapi bila dilakukan transplantasi PGC ke dalamnya, maka ia kembali fertil dan menghasilkan sel telur. (Tatang, 1981)
Pada katak, PGC pertama terlihat sebagai granula–granula didekat kutub vegetatif telur yang telah dibuahi. PGC terlihat bergerak secara lateral dari endoderm saluran pencernaan ke mesentrium dorsal yang menghubungkan saluran pencernaan kedaerah dimana organ-organ mesoderm dibentuk. Melalui mesentrium dorsal, PGC akhirnya mencapai gonad yang sedang berkembang. (Robert, 1988)
Gametogenesis terdiri dari 4 tahap, yaitu :
1.      Perbanyakan (Prolierasi)
Berlangsung secara mitosis berulang-ulang. Gametogenesis membelah menjadi 2, 2 jadi 4, 4 jadi 8 dan seterusnya. Gametogonium ini akan tumbuh membesar menjadi gamtosit I. Kemudian gametosit I mengalami tahap pematangan yang berlangsung secara miosis. Akhir meiosis terbentuk gametosit II dan berakhir terbentuk gametid. Gametid mengalami tahap perubahan bentuk (transformasi) menjadi gamet. Gametogonium pada jantan disebut spermatogonium, pada betina oogonium. Gametosit pada jantan disebut spermatosit dan pada betina oosit. Gametid pada jantan disebut spermatid, pada betina otid. (Tatang, 1981)

2.      Pertumbuhan
Pada periode pertumbuhan sel lembaga tidak membagi diri lagi, tetapi sel tersebut menjadi bertambah besar. Sebagian besar dari proses oogenesis terjadi pada masa embrio yaitu sampai pada stadium oosit I, kemudian selebihnya berlangsung di dalam korteks dari ovarium hewan dewasa. Dengan demikian oosit I mengalami masa istirahat yang panjang. Perkembangan sel telur di dalam ovarium hewan dewasa membutuhkan sel-sel pembantu yang disebut sel folikel dan terdapat mengelilingi oosit. Oosit bersama dengan sel folikel disebut folikel telur. Pada mamalia pembentukan folikel telur terdapat pada bagian korteks ovarium. Selanjutnya oosit akan disebut folikel telur dan oosit I disebut folikel telur primer. Pada periode ini mulai terjadi penimbunan dari detoplasma.
3.      Pematangan
Pada periode ini terjadilah pembelahn reduksi pada oosit I, sehingga terjadilah oosit II dan polosit I yang kedua-duanya telah menjadi haploid. Reduksi dari kromosom yang diploid menjadi haploid, dicapai dengan jalan pemisahan badan-badan plasma yang mengandung setengahnya jumlah kromosom. Dari polosit tingkat I terjadi dua polosit tingkat II, dan dari oosit tingkat II terjadi satu polosit tingkat II dan ootid.
4.      Perubahan bentuk
Pada hewan yang akan mengadakan pembuahan di luar tubuh induk, jumlah gamet yang dihasilkan sama banyak antara jantan dan betina. Tapi bagi hewan yang mengadakan pembuahan dalam tubuh, gamet jantan lebih banyak dihasilkan pada gamet betina. (Siti, 1982)
Pada ikan jumah gamet itu ribuan sampai jutaan dikeluarkan sekali musim kawin yang disebut spawning. Pada mamalia jumlah sperma di keluarkan sekali kawin ada sekitar ratusan juta, sedangkan jumlah ovum hanya 1-2 butir. (Robert, 1988)

BAB II
PELAKSANAAN PRATIKUM

2.1 Waktu & Tempat
Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di labor Perkembangan Hewan pada jam 14:00 siang pada tanggal 15 Oktober 2010.
2.2 Alat & Bahan
Perangkat bedah, kloroform, metilen blue, objek glass, cover glass, jarum pencacah, testis katak, mikroskop, gunting bedah, pinset bedah, tissue gulung.
2.3 Cara Kerja
1. Sediakan perangkat bedah 
2. Ambil katak jantan, kemudian masukkan ke dalam tabung yang sudah berisi kloroform
3. Tunggu beberapa menit sampai katak benar-benar pingsan
4. Setelah katak pingsan keluarkan katak dari dalam tabung dan diletakkan didalam bak bedah
5. Bedah katak tersebut
6. Ambil testis katak, dan letakkan di objek glass
7. Haluskan jaringan testis
8. Lakukan pewarnaan dengan metilen blue lalu tutup dengan cover glass
9. Amati dibawah mikroskop dan gambar


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
                                                                  Keterangan :
                                                                  1 : Spermatogonium
                                                                  2 : Spermatosit Primer
                                                                  3 : Lumen
                                                                  4 : Spermatid
                                                                  5 : Spermatozoa
                                                                  6 : Spermatosit Sekunder
3.2 Pembahasan
Pada pratikum hari ini yang kami amati yaitu tentang testis pada katak. Setelah melakukan percobaan hasil yang kami dapat yaitu berupa gambar seperti gambar diatas. Pada gambar tersebut kami dapat mengetahui sel-sel penyusun jaringan testis yaitu spermatogonium, spermatosit primer, lumen, spermatid, spermatozoa dan spermatosit sekunder.
Spermatogonium terletak di paling luar tubulus semineferus dan yang melekat pada membran basalis, mengalami motosis berulang-ulang. Ini kemudian tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid. Lalu spermatid menglami spermioenesis menjadi sperma, yang di pelihara oleh sel sertoli.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
- Testis tersusun atas bermacam-macam jaringan
- Didalam testis terdapat pmbentukan sel sperma yang terkontrol sangat baik setiap sistem kerja sel tersebut
- Sel sperma di pelihara oleh sel sertoli didalam jaringan testis
4.2 Saran
Laporan pratikum ini saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini untuk itu saya minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan saran dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan ini sarat dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Barnet, Robert D. 1988. Zoologi Umum edisi Keenam. Erlangga : Jakarta
Djarubito, Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga LP4 : Jakarta
Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico : Bandung
Yatim, Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito : Bandung
Salmah, Siti. 1982. Zoologi. Unand : Padang


1 komentar: