BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pepper
pratikum Perkembangan Hewan II ini merupakan pegangan dan petunjuk bagi kami
(mahasiswa) untuk dapat melaksanakan pratikum. Karena pepper ini berisi
materi-materi yang akan di pratikumkan dengan syarat setiap mahasiswa wajib
membuat pepper. Dengan adanya pepper ini membantu kami (para mahasiswa) untuk
belajar sebelum pratikum.
Materi
yang akan dipelajari pada pratikum ini adalah “Gametogenesis” pada hewan
Vertebrata yaitu pada Amfhibia. Gametogenesis memiliki peranan yang penting
bagi kehidupan manusia, tidak hanya hewan dan tumbuhan. Karena gametogenesis
membahas tentang bagaimana terbentuknya sel sperma dan ovum yang berperan pada
pembentukan individu setelah fertilisasi.
Gametogenesis
juga membahas sel-sel apa saja yang berperan dalam pembentukan sperma dan ovum
pada Hewan Vertebrata khususnya pada Amfhibia. Serta hal-hal apa saja yang
kemungkinan akan menjadi faktor penghambat pada pembentukan sel sperma dan
ovum. Serta kelainan yang akan muncul pada sel sperma dan ovum. Sehingga materi
tentang gametogenesis ini sangat banyak dan luas.
1.2
Tujuan
-
Untuk
mengetahui morfologi dan anatomi gametogenesis pada katak(amfhibia)
-
Untuk mengetahui terbentuknya sel sperma dan ovum pada katak
-
Untuk mengetahui sel-sel yang berperan dalam pembentukan gametogenesis katak
1.3 Tinjauan
Pustaka
Gametogenesis adalah proses pembentukan
gamet atau sel kelamin atau sering juga disebut proses diploid dan haploid yang
mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa.
Trgantung dari siklus hidup biologis organismenya. Gametogenesis dapat terjadi
pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada
pembelahan mitosis sel gametogen haploid. (Brotowidjoyo, 1990)
Gametogenesis meliputi spermatogenesis
dan oogenesis. Spermtogenesis merupakan sel kelamin jantan (inti sel sperma)
sedangkan oogenesis merupakan pembentukan sel kelamin betina (inti sel telur).
Gametogenesis melibatkan proses pembelahan sel mitosis dan meiosis. ( Wildan,
1976)
Sel kelamin berasal dari bakal sel
kelamin atau primordial germ cells (PGCs). PGC pada berbagai jenis hewan
dijumpai pada daerah-daerah tertentu dari embrio. PGC dapat dibedakan dari
jenis sel embrio lainnya berdasarkan pengamatan bentuk morfologinya atau dengan
melakukan pewarnaan secara histokimia. (Siti, 1982)
PGC umunya memiliki ukuran yang lebih
besar dibandingkan sel yang ada disekitarnya, sitoplasmanya jernih,
perbandingan nukleositoplasanya rendah, membran inti jelas dan pada mamalia
mengandung glikogen dengan kadar yang cukup tinggi. (Brotowidjoyo, 1990)
PGC kemudian bermigrasi menuju pematang
genital atau bakal gonad. Di dalam bakal gonad, PGC akan merangsang dan
mengarahkan differensiasi gonad sesuai dengan tipe kromosom yang dikandungnya,
yaitu XX atau XY. Adanya kromosom Y maka bakal gonad akan berkembang menjadi
testis. Tidak adanya bakal kromosom Y maka bakal gonad akan berkembang menjadi
ovarium. (Siti, 1982)
Menurut Johnson dan Zueriit (1989). Hal
ini berlaku bagi hewan dimana jantannya adalah heterogenetik (mamalia,
kebanyakan katak, beberapa jenis ikan daninsekta diptera). (Tatang, 1981)
Menurut Turner dan Bagnara (1988).
Beberapa jenis hewan memiliki betina dengan sifat heterogenetik misalnya pada
aves, reptil, salamander, beberapa jenis ikan dan insekta. Genotip ZZ adalah
jantan dan ZW adalah betina. (Wildan, 1976)
Dahulu ada pendapat bahwa PGC berasal dari
epitel peritonium yang meliputi gonad. Mula-mula pematang genital berisi dua
macam sel yaitu sel-sel yang besar dan sel-sel yang kecil. Pada saat pematang
genital membentuk pita-pita seks, maka sel yang besar berdiferensiasi dan
kemudian berdegenerasi. Sementara itu sel-sel yang kecil berpoliferasi da
berdifferensiasi dan diantaranya membentuk sel kelamin. Anggapan keliru. Hal
tersebut dapat dibuktikan melalui percobaanpada Xenophus. Bila pada Xenophus
stadium neurula PGC-nya dibuang, maka ia menjadi steril. Akan tetapi bila
dilakukan transplantasi PGC ke dalamnya, maka ia kembali fertil dan
menghasilkan sel telur. (Tatang, 1981)
Pada katak, PGC pertama terlihat sebagai
granula–granula didekat kutub vegetatif telur yang telah dibuahi. PGC terlihat
bergerak secara lateral dari endoderm saluran pencernaan ke mesentrium dorsal
yang menghubungkan saluran pencernaan kedaerah dimana organ-organ mesoderm
dibentuk. Melalui mesentrium dorsal, PGC akhirnya mencapai gonad yang sedang
berkembang. (Robert, 1988)
Gametogenesis terdiri dari 4 tahap,
yaitu :
1.
Perbanyakan
(Prolierasi)
Berlangsung
secara mitosis berulang-ulang. Gametogenesis membelah menjadi 2, 2 jadi 4, 4
jadi 8 dan seterusnya. Gametogonium ini akan tumbuh membesar menjadi gamtosit
I. Kemudian gametosit I mengalami tahap pematangan yang berlangsung secara
miosis. Akhir meiosis terbentuk gametosit II dan berakhir terbentuk gametid.
Gametid mengalami tahap perubahan bentuk (transformasi) menjadi gamet.
Gametogonium pada jantan disebut spermatogonium, pada betina oogonium.
Gametosit pada jantan disebut spermatosit dan pada betina oosit. Gametid pada
jantan disebut spermatid, pada betina otid. (Tatang, 1981)
2.
Pertumbuhan
Pada
periode pertumbuhan sel lembaga tidak membagi diri lagi, tetapi sel tersebut
menjadi bertambah besar. Sebagian besar dari proses oogenesis terjadi pada masa
embrio yaitu sampai pada stadium oosit I, kemudian selebihnya berlangsung di
dalam korteks dari ovarium hewan dewasa. Dengan demikian oosit I mengalami masa
istirahat yang panjang. Perkembangan sel telur di dalam ovarium hewan dewasa
membutuhkan sel-sel pembantu yang disebut sel folikel dan terdapat mengelilingi
oosit. Oosit bersama dengan sel folikel disebut folikel telur. Pada mamalia
pembentukan folikel telur terdapat pada bagian korteks ovarium. Selanjutnya
oosit akan disebut folikel telur dan oosit I disebut folikel telur primer. Pada
periode ini mulai terjadi penimbunan dari detoplasma.
3.
Pematangan
Pada
periode ini terjadilah pembelahn reduksi pada oosit I, sehingga terjadilah
oosit II dan polosit I yang kedua-duanya telah menjadi haploid. Reduksi dari
kromosom yang diploid menjadi haploid, dicapai dengan jalan pemisahan
badan-badan plasma yang mengandung setengahnya jumlah kromosom. Dari polosit
tingkat I terjadi dua polosit tingkat II, dan dari oosit tingkat II terjadi
satu polosit tingkat II dan ootid.
4.
Perubahan bentuk
Pada hewan yang akan mengadakan
pembuahan di luar tubuh induk, jumlah gamet yang dihasilkan sama banyak antara
jantan dan betina. Tapi bagi hewan yang mengadakan pembuahan dalam tubuh, gamet
jantan lebih banyak dihasilkan pada gamet betina. (Siti, 1982)
Pada ikan jumah gamet itu ribuan sampai
jutaan dikeluarkan sekali musim kawin yang disebut spawning. Pada mamalia
jumlah sperma di keluarkan sekali kawin ada sekitar ratusan juta, sedangkan
jumlah ovum hanya 1-2 butir. (Robert, 1988)
BAB
II
PELAKSANAAN
PRATIKUM
2.1 Waktu &
Tempat
Pelaksanaan pratikum ini dilakukan di
labor Perkembangan Hewan pada jam 14:00 siang pada tanggal 15 Oktober
2010.
2.2 Alat &
Bahan
Perangkat bedah, kloroform, metilen
blue, objek glass, cover glass, jarum pencacah, testis katak, mikroskop,
gunting bedah, pinset bedah, tissue gulung.
2.3
Cara Kerja
1. Sediakan perangkat bedah
2. Ambil katak jantan, kemudian masukkan ke dalam tabung yang sudah berisi kloroform
3. Tunggu beberapa menit sampai katak benar-benar pingsan
4. Setelah katak pingsan keluarkan katak dari dalam tabung dan diletakkan didalam bak bedah
5. Bedah katak tersebut
6. Ambil testis katak, dan letakkan di objek glass
7. Haluskan jaringan testis
8. Lakukan pewarnaan dengan metilen blue lalu tutup dengan cover glass
9. Amati dibawah mikroskop dan gambar
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Keterangan
:
1
: Spermatogonium
2
: Spermatosit Primer
3
: Lumen
4
: Spermatid
5
: Spermatozoa
6
: Spermatosit Sekunder
3.2
Pembahasan
Pada pratikum
hari ini yang kami amati yaitu tentang testis pada katak. Setelah melakukan
percobaan hasil yang kami dapat yaitu berupa gambar seperti gambar diatas. Pada
gambar tersebut kami dapat mengetahui sel-sel penyusun jaringan testis yaitu
spermatogonium, spermatosit primer, lumen, spermatid, spermatozoa dan
spermatosit sekunder.
Spermatogonium
terletak di paling luar tubulus semineferus dan yang melekat pada membran
basalis, mengalami motosis berulang-ulang. Ini kemudian tumbuh menjadi
spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid. Lalu spermatid
menglami spermioenesis menjadi sperma, yang di pelihara oleh sel sertoli.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
hasil percobaan hari ini kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu:
-
Testis tersusun atas bermacam-macam jaringan
- Didalam testis terdapat pmbentukan sel
sperma yang terkontrol sangat baik setiap sistem kerja sel tersebut
- Sel sperma di pelihara oleh sel
sertoli didalam jaringan testis
4.2
Saran
Laporan pratikum ini
saya akui masih banyak kekurangan. Demi sempurnanya laporan ini untuk itu saya
minta saran dan pesan dari para pembaca sehingga dengan adanya kritik dan saran
dari pembaca dapat membuat laporan ini sesempurna mungkin karena laporan ini
sarat dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk kita semua. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnet,
Robert D. 1988. Zoologi Umum edisi
Keenam. Erlangga : Jakarta
Djarubito,
Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar.
Erlangga LP4 : Jakarta
Djuhanda,
Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan.
Armico : Bandung
Yatim,
Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito :
Bandung
Salmah,
Siti. 1982. Zoologi. Unand : Padang
trims..
BalasHapus